Breaking

Hanya dengan 50.000 dapat blog murah gratis Template Premium

Sunday, March 31, 2019

3:12 AM

Reuni SMA-KU yang TAK TERLUPAKAN!!!



Namaku Mery, umurku saat itu masih 22 tahun dan aku termasuk gadis yg lugu dan pendiam, tapi teman teman kantorku bilang aku adalah gadis yg sangat cantik jika tidak judes. Aku merasa sangat bersyukur dikaruniai wajah yg cukup cantik dengan tubuh yg tinggi dan langsing serta kulit yg putih bersih.

Sahabat perempuanku bilang, kalau di kantor cowok-cowok selalu membicarakan aku dan mereka selalu memperhatikan aku, apalagi kalau aku sedang mengenakan rok span dan blouse ketat busana kerjaku. Mereka bilang tubuhku sangat sexy dengan payudara besar yg aku miliki, tapi aku tidak peduli dengan komentar mereka. Banyak dari mereka yg berusaha mendekatiku tapi aku masih takut dan enggan untuk menanggapinya, aku lebih senang sendirian, aku merasa bebas dan tidak terikat.

Singkat cerita aku diundang untuk menghadiri reuni SMA tempatku sekolah dulu, maklumlah sejak lulus SMA sampai saat kuliah dan bekerja, kami memang sudah sangat jarang bertemu.

Waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam saat aku tiba di pelataran parkir sebuah kafe di bilangan Jakarta selatan, tempat reuni SMA ku di adakan, saat itu aku mengenakan pakaian kerja, rok span hitam dan kemeja putih dan aku memadukannya dengan blazer hitam, aku memang tidak sempat berganti pakaian karena kesibukanku di kantor, tapi tak apalah, dengan pakaian ini aku cukup PD untuk bertemu dengan teman teman SMAku, pikirku.

“Aduh.. Tuan putri ini makin cantik aja..!!” seru Nina, kawan satu kelasku waktu di SMA.

Hari itu aku merasa sangat senang sekali, bertemu dengan teman teman SMA-ku, acaranya juga cukup meriah, di hadiri oleh lebih dari 100 orang, yg semuannya adalah alumni sekolahku.

“Astaga.. Sudah jam brp nih..!!” gumanku di sela hingar bingar musik, aku sampai lupa waktu karena asyik ngobrol dengan teman temanku.
“Nanti aja pulangnya Mer..!!” seru Cindy sambil menarikku ke depan panggung, saat itu di atas panggung sedang di pentaskan live music dan tampak beberapa pasangan tampak asyik ber slow dance mengikuti alunan music yg memang sedang berirama pelan.

Terus terang saat itu aku memang terbawa suasana pesta, sayang kalau aku harus pulang cepat pikirku, aku malah ikut ikutan menenggak wine. Seumur hidup baru kali ini aku minum minuman keras, sehingga kepalaku terasa pusing, apalagi music sudah berubah menjadi house music dan hip hop membuat kepalaku makin berputar putar tak karuan.

“Ayo Mer..!! kapan lagi.. Belum tentu setahun sekali nih acara ini di buat..!!” seru Nina sambil menari-nari dan menjerit jerit histeris. Kayaknya Nina sudah mulai mabok nih..!! Pikirku.

Tiba tiba aku merasa lenganku di tarik oleh seseorang, rupanya Iyan dia teman satu kelasku saat aku kelas 3,

“Ayo Mer.. Kita melantai..!!” ujar Iyan sambil menarikku ke atas panggung.

“Nggak mau ahh.. Yo, lagi pusing nih..!!” keluhku, tapi Iyan tetap saja menggandengku, mau tidak mau aku jadi mengikutinya ke atas panggung, aku mulai menggerak gerakan tubuhku mengikuti alunan music yg menghentak hentak, aku sudah setengah sadar akibat pengaruh wine yg ku minum tadi dan aku juga benar benar terhanyut dalam histeria suasana pesta, sehingga aku tidak bisa lagi mengontrol gerakan tubuhku, gerakanku menjadi lebih berani dan terkesan erotis, sementara Iyan sudah berada dibelakang tubuhku, mengikuti dan mengimbangi gerakanku.

Dan anehnya aku sangat menikmati suasana tersebut, padahal selama ini aku terkenal sangat anti dengan hal yg berbau dugem. Ah.. Nggak apa apa deh sekali ini aja.. Pikirku.

“Buka.. Buka.. Buka..!!” kudengar teriakan teman-temanku sambil bertepuk tangan menyuruhku membuka kemejaku, aku sempat terkesiap mendengar teriakan mereka.

Kulihat ke arah samping, beberapa teman wanitaku memang sedang membuka pakaian bagian atas mereka, bahkan Nina sudah mulai membuka branya sehingga sebelah payudaranya tampak sudah menyembul keluar dan langsung di sambut dengan tepuk tangan dan teriakan riuh rendah dari teman temanku.

Anehnya walaupun agak risih, akhirnya aku mau saja menuruti kemauan teman teman ku itu, entah karena pengaruh wine atau mungkin aku sudah begitu terhanyut dengan suasana pesta tersebut, sambil tetap menggoyang goyangkan tubuhku, ku lepaskan blazerku dan perlahan lahan kubuka kancing kemeja putihku satu persatu sampai terlepas seluruhnya sehingga bra hitam yg kukenakan tampak jelas terlihat. Sementara lengan Iyan mulai memegang pinggangku dari belakang, sambil tetap mengikuti gerakanku.

Aku terus terhanyut dengan alunan musik yg menghentak hentak itu, sesekali ku angkat kedua tanganku ke atas, meraih rambut panjangku dan menariknya ke arah belakang sambil tetap menggerak gerakkan tubuhku, tiba tiba aku tersadar saat tangan Iyan berusaha melepaskan braku.

“Apa apan kamu Yo..!!” jeritku sambil mendekap dadaku, saat itu kancing belakang braku sudah terlepas, perbuatan Iyan itu langsung menyadarkanku dari pengaruh wine dan suasana pesta.
“Brengsek kamu.. Apa yg kamu lakukan..?” teriakku sambil berusaha merapikan kembali kemejaku.

Tapi sepertinya Iyan tidak mengindahkan teriakanku, tangannya dengan sigap langsung memeluk tubuhku dari belakang, membuat aku tidak bisa meronta dan melepaskan diri dari himpitan tubuhnya, sementara sebelah tangannya merenggut paksa bra yg kukenakan hingga terlepas dan jatuh ke lantai, sehingga kini tubuh bagian atasku terlihat jelas dan menjadi tontonan untuk teman-temanku yg langsung menyambutnya dengan sangat antusias.

“Iyan..!! Hentikan.. Lepaskan saya.. Kurang ajar.. Kamu..!!” jeritku sambil terus meronta dari himpitan dan pelukannya, tapi Iyan malah makin beringas, dia malah menarik dan menyeretku ke arah belakang panggung, di tempat ini sinar lampunya lebih redup dan agak tersembunyi dari pandangan teman temanku, tangannya dengan buas terus meremas remas ke dua buah dadaku, sementara mulutnya juga terus menciumi sekujur leherku, aku masih terus menjerit jerit dan meronta, tapi Iyan tetap saja tidak menghentikan perbuatannya, malah dia semakin nekat.
“Kamu sebaiknya diam aja, daripada nanti gua perkosa beneran..!!” bentaknya, dengan nada galak.

Otakku buntu, mendengar ancamannya, aku tak mampu berpikir lagi bagaimana caranya untuk menghindar dari cengkeraman Iyan. Mungkin ini juga karena kesalahanku. Karena terlalu terhanyut dengan suasana pesta, keluhku menyesali kebodohanku sendiri. Aku masih mematung ketika mulutnya mulai menciumi Buah dadaku dan lalu mengulum putingku. Sementara tangan kirinya meremasi buah dada kananku.

Aku benar-benar bagai boneka yg diam saja, padahal bahaya mengancamku. Hanya ada satu rasa.. Ketakutan yg amat sangat. Sampai saat Iyan menyingkapkan rokku ke arah atas dan mulai meremasi buah pantatku, Aku masih tak mampu bereaksi. Bahkan tanpa kusadari tubuh bagian bawah Iyan sudah mulai menggesek gesek daerah sekitar selangkanganku. Tapi ketika dia mulai memelorotkan celana dalamku dan bersiap menghujamkan batang k0ntolnya ke selangkanganku, Aku terkesiap, mendadak kesadaranku pulih. Aku berontak keras, sekuat tenaga melepaskan dari dekapannya.

“Jangan jangan..!! Lepaskan..!! Saya masih perawan Yo..!!” jeritku panik dan ketakutan, sambil kugerakkan tubuhku ke arah depan, menjauhkan memekku dari batang k0ntolnya.
“Diam Mer..!! Layani gua baik-baik, atau gua paksa..!!” ancam Iyan.

Aku tetap berontak.

“Kalau nggak mau diam gua tampar lu”
“Hentikan.. Atau saya laporkan ke teman-teman!!” bentakku tegas.

Mendadak Aku punya kekuatan untuk membentaknya, tiba tiba pelukannya mengendor. Kugunakan kesempatan ini untuk melepaskan diri. Iyan tidak mencoba menahanku. Aku berhasil lepas!

“Kamu cantik.. Dan Tubuhmu bagus..” guman Iyan.

Aku cepat-cepat mengenakan kembali celana dalamku yg melorot dan membereskan pakaianku, kini Iyan yg mematung. Matanya tajam memandang ke arahku.

“Baiklah.. Gua minta maaf untuk kejadian ini.. Habis kamu cantik sekali sih Mer, gua jadi lupa diri..”

Aku diam.

“Kamu masih mau jadi temanku kan?”

Aku tetap diam sambil memandangnya dengan penuh kemarahan.

“Saya enggak akan mengganggu kamu lagi Mer, tapi sebenarnya saya sudah tertarik dengan kamu dari dulu”

Aku makin jijik mendengar kata katanya.

“Oke, saya tunggu sampai kamu bersedia melayani gua tanpa gua paksa..!!” ujarnya kesal, sambil berjalan menjauh dari tubuhku, aku sempat menarik nafas lega.

Tapi tiba-tiba Iyan menyergap dan memegang kedua bahuku dan lalu mencium bibirku. Aku sangat kaget mendapat serangan tak terduga ini, aku kontan berontak. Tapi Iyan malah memelukku lebih kencang. Sehingga aku Makin tidak dapat bergerak. Dia semakin mempererat pelukannya. Aku menyerah, toh dia hanya menciumku. Dilumatnya bibirku dengan ketat, Aku diam membiarkan, tak berreaksi.

Bibirnya melumat habis bibirku, Aku masih mematung, tak membalas lumatannya juga tak berdaya untuk melepaskannya Lalu lidahnya mulai menyapu-nyapu bibirku dan diselipkan ke mulutku. Aku merinding. Baru sekali ini bibirku di lumat oleh lawan jenis dan tiba tiba aku kembali dilanda oleh ketakutan yg amat sangat.

Tangan kanannya membuka kembali kancing kemejaku, lalu telapak tangannya merabai bulatan buah dadaku. Tubuhku bergetar karena ketakutan dan Aku mulai kembali meronta. Dadaku serasa sesak dan sulit bernafas karena lumatan mulutnya di bibirku.

Dengan cepat seluruh kancing kemejaku kembali dilepaskannya sehingga tubuh bagian atasku kembali terbuka. Kemudian Iyan memutar tubuhnya, sehingga posisinya kini kembali berada di belakangku, lalu dia mendorong tubuhku hingga rebah ke atas meja yg di gunakan untuk meletakkan alat alat sound system, Entah kenapa Aku merasa tubuhku tiba tiba lemas. Demikian pula ketika Iyan mulai menindih tubuhku dari arah belakang.

Tangannya menyingkapkan kemejaku ke atas dan lidahnya mulai menjilati sekujur punggung dan pundakku, sementara satu tangannya meraih buah dadaku dan meremasnya dengan kasar.

“Lepaskan..!! Tolong.. Tolong..!!” teriakku sangat ketakutan ketika tangannya bergerak menyusup ke sela sela rok-ku, kemudian jari-jarinya menyusup ke balik celana dalamku dan menggosok-gosok selangkanganku.

Aku terus meronta dan berteriak minta tolong, sampai tenggorokanku serak tapi sepertinya teriakkanku tertelan oleh suara hingar bingar musik. Tiba tiba Iyan dengan sigap menyingkapkan rok ku dan langsung memelorotkan celana dalam yg kukenakan sampai sebatas lutut.

“Jangan..!! Tolong..!! Jangan perkosa saya..!!” jeritku panik karena merasa memekku sudah tidak tertutup dengan apa apa lagi, sambil makin memperkuat rontaanku, Dan berusaha mengatupkan ke dua belah pahaku sekuat tenagaku.

Aku masih terus menjerit dan meronta sekuatnya ketika dia dengan paksa berhasil membentangkan pahaku lebar-lebar. Aku makin menjerit histeris dan putus asa saat ku rasakan batang k0ntolnya mulai menempel di selangkanganku. Detik berikutnya k0ntol hangat itu telah menggosoki memekku..

Saat berikutnya lagi benda hangat itu terasa tepat menekan bibir memekku.. Lalu kurasakan tekanan.. Sehingga bibir memekku terasa sesak.. Aku tersentak.. Secara refleks pahaku menutup, tapi Iyan berhasil membukanya lagi dan mencoba menusukan batang k0ntolnya lebih dalam lagi.

“Oh.. Ini tidak boleh terjadi..!!” pikirku.

Aku mengatupkan pahaku lagi. Tapi, seberapalah kekuatanku melawan Iyan yg telah di liputi nafsu bejad ini? Kedua belah tangan kuatnya menahan katupan pahaku dan batang k0ntolnya mulai menekan lagi. Tangannya boleh menahan pahaku, tapi Aku masih punya ruang untuk menggerakkan pinggulku dan membawa hasil, batang k0ntolnya terpeleset!

Tapi itu malah membuat Iyan menjadi lebih penasaran, dengan kasar dibukanya lagi pahaku lalu dia mulai mengarahkan batang k0ntolnya langsung ke liang memekku, kemudian ditekannya kuat kuat, dan.. Ohh.. Kurasakan benda hangat itu mulai menusuk. Rasanya kepala k0ntolnya telah masuk. Pegangan tangannya pada pahaku kurasakan mengendor.. Kugunakan kesempatan ini untuk menutupkan pahaku kembali. Tapi tekanan tusukannya tak berkurang, justru bertambah, sehingga batang k0ntolnya tak lepas dari liang memekku. Malahan seolah aku menjepit kepala k0ntolnya yg telah masuk itu.

Rasanya Aku mulai menyerah, tak ada gunanya melawan Iyan yg sudah di liputi oleh nafsu bejadnya itu, aku sudah tidak mampu berontak lagi untuk mempertahankan kehormatanku. Air mataku meleleh.. Aku menangis.

Tapi, tiba tiba Iyan dengan cepat menarik batang k0ntolnya lalu tubuhnya rebah di atas tubuhku. Detik berikutnya kurasakan cairan hangat membasahi punggung dan rok hitamku yg tersingkap. Aku sedikit lega, rupanya Iyan telah keluar.. Walaupun belum penetrasi. Belum? Tepatnya belum sempurna. Aku yakin baru kepala k0ntolnya saja yg masuk. Aku mencoba meyakinkan diriku sendiri bahwa tadi memang belum terjadi sesuatu.

Iyan gagal memaksakan kehendaknya untuk memperkosaku, aku sangat bersyukur karena kegadisanku masih utuh dan tidak berhasil di renggut oleh Iyan. Hanya sebentar dia menindih tubuhku, Iyan lalu bangkit. Merapikan kembali pakaiannya dan pergi meninggalkanku, tanpa berkata sedikitpun. Aku pun langsung berdiri, dengan tangan masih geMerar, buru buru ku bereskan letak pakaianku, lalu bergegas menuju pintu keluar, aku tidak mempedulikan lagi sapaan teman temanku, tujuanku hanya satu.. Ingin cepat cepat pulang..

Aku makin mempercepat langkahku menuju ke arah mobilku yg ku parkir di ujung bangunan ini, buru buru kuambil kunci mobil dari tasku dan langsung membuka pintu mobil saat tiba tiba muncul dua orang laki laki dari mobil yg di parkir di belakangku.
“Oh..!!” Aku Kaget bukan kepalang, tapi terlambat untuk berteriak ketika salah seorang diantara mereka langsung menyergapku dan membekap mulutku, aku hanya bisa melihat yg berdiri di depanku adalah Iyan, dia menyeringai ke arahku, sepertinya dia tidak terima dengan kegagalannya tadi. Sementara yg seorang lagi aku tidak tahu.

Kemudian dengan mulut yg masih terbekap mereka menyeretku dan memaksaku masuk ke sebuah mobil minibus milik mereka, kulihat bangku bangku mobil itu sudah di rebahkan, hingga rata, membuat orang yg membekap mulutku, leluasa untuk menarikku ke arah dalam. Lalu tanpa bersuara Iyan langsung masuk dan menutup pintu mobil. Tiba-tiba Aku sadar akan bahaya yg kembali mengancamku. Celaka..!!

“Jangan..!!” gumanku.

“Sstt..” jawab Iyan sambil memberi tanda menyilangkan jari di bibirnya dan mendekatiku. Kedua tangannya memegang bahu kanan kiriku. Lalu sebelah tangannya membelai pipiku.

“Mery..” panggilnya dengan suara pelan. Membuat Lidahku langsung kelu.

“Gua minta kamu rela dan jangan melawan..!!” jarinya merabai bibirku.

“Jangan..!!” jeritku saat aku berhasil melepaskan mulutku dari bekapan temannya.

Tapi jeritanku langsung terhenti karena bibir Iyan cepat menutup bibirku dan lalu melumatnya dengan kasar. Kedua belah tangannya merangkul tubuhku. Aku dipeluknya erat sekali. Sementara kedua tanganku di pegang dengan erat oleh temannya. Aku berhasil melepas ciuman, tapi tak mampu melepaskan rangkulannya.

“Kumohon..!! Jangan” kataku mengiba.

Dadaku diremasnya. Aku menjerit. Tangannya pindah ke pantatku, diremasnya pula. Aku makin menjerit. Masih sambil memeluk tubuhku Disingkapkannya rok ku dan Iyan langsung memelorotkan celana dalamku. Gerakan yg tiba-tiba dan tak terduga ini gagal kucegah. Lalu Iyan bergerak membenamkan wajahnya di antara selangkanganku. Kututup pahaku hingga menjepit kepalanya. Gerakanku membuat Iyan langsung bangkit melepaskan jepitan pahaku.

“Brengsek kamu Mer..!! Mau di kasih enak kok ngelawan terus..!! Nikmati aja..!!”
“Jangan..!!” kataku setengah menangis.
“Sekali ini saja, sesudah itu saya tidak akan ganggu kamu lagi, Mer..!!”

Lalu tangan Iyan kembali membuka pahaku. Percuma. Sia-sia saja melawan gerakan Iyan yg kuat apalagi ku rasakan cengkeraman di kedua tanganku makin erat, membuat aku semakin putus asa, akhirnya Kubiarkan suyo menjilati liang kewanitaanku. Aku merasa amat malu dan terhina di perlakukan seperti ini

Tapi Aku hanya bisa menangis dan pasrah. Semoga dia tidak sampai memperkosaku.. Aku muak di perlakukan seperti ini, tapi Aku tak berdaya melawannya. Aku benci..!! Aku menyesali diriku sendiri yg tak berdaya melawan, dalam keadaan frustasi begini apa yg bisa kulakukan selain menangis..

Apalagi kini Iyan telah membuka resleting celananya dan mengeluarkan batang k0ntolnya yg sudah tegang dan keras, benda yg pernah sebentar memasuki liang kewanitaanku dan kini akan memasukinya lagi. Tangisanku yg sesenggukan tidak menghentikan gerakan Iyan yg sudah membentangkan pahaku dan siap menusukan batang k0ntolnya. Iyan kemudian merangkak dan mulai menindihku.

“Jangan..!!” gumanku lemah, saat Iyan mulai melepaskan kancing kemejaku, aku masih sesenggukan.
“Sekali ini saja.. Mer.!!”
“Lepaskan saya..!!” pintaku memelas sambil terus menangis saat Iyan mulai menciumi dan mengulum putting buah dadaku.
“Buah dada kamu besar padat sekali.. Sungguh indah” sambungnya sambil terus mengulum payudaraku kiri dan kanan.
“Kamu cantik sekali.. Mer..!!” katanya lagi sambil tangannya terus meraba dan menggeraygi seluruh tubuhku.
” Itulah kenapa tadi gua cepet keluarnya..!!” Akunya.

Aku hanya bisa diam sambil terus menangis menerima seluruh perlakuannya.

“Oke, sekarang jangan nangis lagi ya.. Gua sekarang akan benar benar memperkosa kamu..!!”

Aku kembali menjerit histeris dan putus asa mendengar kata-katanya. Lalu Iyan bangkit. Dibukanya pahaku lebar-lebar, kemudian dia mengambil posisi di antara ke dua belah pahaku, siap untuk menghujamkan batang kemaluannya ke dalam liang memekku..

“Jangan.. Lepaskan..!!” jeritku sambil terus meronta, ku lejang-lejangkan ke dua kakiku, berusaha menyingkirkan tubuhnya dari selangkanganku. Tapi Iyan malah makin menusukan batang k0ntolnya sehingga kepala kemaluannya masuk di antara bibir memekku.

Di tekannya lagi sambil membentang pahaku lebih lebar. Perlahan batang k0ntolnya menyeruak lebih dalam.
Aku terus berharap agar Iyan tidak kuat, lalu segera mencabut batang k0ntolnya dan menumpahkan cairan spermanya di luar liang memekku seperti kejadian yg baru lalu tapi harapanku meleset.. Iyan terus menekan batang k0ntolnya, memaksanya masuk ke dalam liang memekku yg sempit..

Mataku terpejam menunggu Tekanan selanjutnya, dan tekanan batang k0ntolnya kurasakan semakin kuat, mendesak masuk ke dalam liang kemaluanku. Bukan sakit lagi yg kurasakan tapi ngilu yg tak tertahankan. Sehingga tanpa sadar kepalaku terlempar ke kiri dan ke kanan.

“Aduuh.. Sakitt..!!” jeritku terengah engah.

Lalu pinggul Iyan membuat gerakan memompa. Rasa ngilu makin mejalari sekujur tubuhku. Kuangkat kepalaku, Aku sempat melihat kepala k0ntol Iyan timbul tenggelam seirama gerakan pompaannya. Pompaan kecil, hanya ujungnya saja yg keluar masuk.

“Sakit..!!” jeritku.. Sambil terus meronta.

Lalu kurasakan Iyan menambah tekanannya. Kembali kurasakan ngilu dan sakit yg amat sangat di selangkanganku.

“Aauuff” seruku.

“Sakit..!!” jeritku saat kurasakan ada yg terkoyak di dalam liang memekku.

Rasa perih langsung melanda di seluruh kemaluanku, kedua tanganku mengepal dengan keras, tubuhku menegang dan mataku melotot. Aku sampai menggigit bibirku sendiri, karena tidak sanggup menahan ngilu dan perih saat kegadisanku direnggut paksa..

Kulihat lagi ke bawah. Separuh batang k0ntolnya telah tenggelam di selangkanganku. Iyan benar-benar telah memasuki tubuhku.

Iyan benar-benar telah memperkosaku..!! Merenggut keperawananku. Iyan mulai memompa lagi, kini pompaannya semakin cepat.

Rasa sakit makin menjadi jadi. Dan ketika dia menekan lebih kuat lagi, rasa sakit yg kudapat. Makin tak terhingga bercampur dengan dengan rasa ngilu. Sampai akhirnya seluruh bagian tubuh Iyan telah menindih ketat ke tubuhku.

Pada saat Iyan berhenti memompa, kulihat bulu-bulu kelamin kami memang telah saling menempel ketat. Batang k0ntolnya telah seluruhnya tenggelam di dalam liang memekku tubuhnya rebah menindihku, kedua belah tangannya menyusup ke punggungku dan memeluk kuat tubuhku. Perlahan pinggulnya mulai memompa. Naik-turun dan kanan-kiri. Kadang diputar.

“Ooh.. Kamu benar-benar masih sempit Mery..!!” bisiknya dekat telingaku.

Dia benar-benar telah menyetubuhiku. Aku hanya memejamkan mata sambil terus menangis sesenggukan, tidak sanggup menatap wajah pemerkosaku. Kuharap penderitaanku ini segera selesai, aku berharap Iyan segera mencapai orgasme dan melepaskan batang k0ntolnya dari liang memekku, sehingga rasa sakitku pun bisa segera sirna.

Tapi harapanku kembali meleset. Sudah belasan pompaan tak ada tanda-tanda Iyan akan menyudahi perkosaanya, justru hunjaman batang k0ntolnya makin menjadi jadi di dalam liang kemaluanku. Iyan terus memompa tubuhku dan terus memperkosaku tanpa peduli dengan aku yg terus menjerit jerit kesakitan.. Tiba tiba Iyan mengangkat punggungku dan mempercepat gerakannya.

“Ohh.. Sempitnya memek kamu Mer..!!” dekapannya di punggungku makin erat sambil menghujamkan batang k0ntolnya dalam-dalam ke dalam liang kemaluanku.

Tubuhnya diam memeluk tubuhku.. Beberapa saat kemudian tubuhnya bergetar.

“Jangann..!!” jeritku panik saat sadar dia akan berejakulasi di dalam liang rahimku..

Tapi terlambat, bersamaan dengan itu aku merasakan cairan hangat menyemprot dan membanjiri liang memekku.

“Ooh.. Mer.. Tubuh kamu indah sekali..” bisiknya di dekat telingaku sambil masih terengah.

Aku diam. Pipiku diciumnya, lalu…

“Memekmu.. Nikmat banget..”

Aku masih diam.

“Sempit sekali Mer..”

Tiba-tiba Aku tersadar. Ucapan ucapannya membuat aku ingin muntah. Dalam diriku tiba-tiba muncul rasa benci. Benci kepada diriku sendiri kenapa harus mengalami kejadian ini. Juga benci kepada tubuh Iyan yg menindihku, aku marah. Darahku mendidih. Aku berontak. Dengan sekuat tenaga Aku lepas dari dekapan Iyan dan tubuh itu terguling dari badanku.

Aku berusaha membuka pintu mobil dan melarikan diri, tapi teman Iyan langsung menangkapku, langsung menggumuliku. Dan aku kembali di perkosa.. Entah sudah berapa kali aku di gilir oleh mereka malam itu.. Sampai akhirnya aku tidak sadarkan diri.

Esok paginya aku terbangun, dan aku sudah berada di dalam mobilku sendiri.. Tapi aku tahu.. Kejadian semalam bukan mimpi, karena rasa sakitnya masih kurasakan menjalari seluruh tubuhku. Aku hanya bisa menangis dan meratap, menyesali kejadian yg menimpa diriku..

Wednesday, December 26, 2018

12:51 AM

Fantasy Kost - Kostan Ku!!!




BeritaIndonesia, Jakarta - Aku gambarkan dulu lay-out tempat kost ini supaya lebih mudah Anda bayangkan.
Rumah lumayan besar tempat kost ini berbentuk U-shape dengan ditengahnya terdapat ruangan luas memanjang. Di kedua sisi kanan dan kiri berjajar masing-masing 4 kamar dengan pintu saling berhadapan. Kemudian di dasar U-nya terdapat 2 kamar dan satu kamar lagi yang difungsikan sebagai dapur umum. Ruang tengah yang memanjang tadi sebenarnya terdiri dari dua macam fungsi tapi tanpa sekat sama sekali. Paling depan ada satu set sofa buat tamu, lalu di belakangnya ada hamparan karpet tebal buat kongkow2 penghuninya dengan sebuah pesawat televisi LCD 43 inch. Di sinilah para penghuni kost biasa berkumpul untuk keperluan apa saja (termasuk buat bergumul, kalau suka sama suka dan tentu saja kalau berani).

Di dinding antara setiap pintu kamar di seluruh bidang dalam rumah ini terdapat papan-papan pengumuman yang bisa ditempeli oleh siapa saja asal sesuai peruntukannya. Contohnya, ada papan yang khusus berisi gambar2 cewe lokal, cewe Asia, dan cewe bule. Ada pula yang berisi humor, kartun, peristiwa olahraga, musik, filem, dll. Juga ada papan yang berisi puisi, cerita-cerita dewasa, pengalaman seru, dan tak ketinggalan satu papan yang berisi sembarang apa saja. Setiap papan sudah ditunjuk penjaganya masing-masing. Oh iya, ada lagi satu papan yang terkunci, hanya khusus untuk para penjaga.

Rumah kost ini milik Ken Rudiadji seorang pengusaha muda bidang cyber, baru lulus universitas negeri (juga baru “lulus” dari “pendidikan dalam”) yang enerjik, yang juga menghuni salah satu kamar kost ini. Para penghuni biasa menyingkat nama “Abang Kost” (lazimnya sih Ibu Kost, kalau pemiliknya perempuan) ini menjadi KeRu, atau cukup “Kru” saja.

Aku perkenalkan dulu ya satu-persatu para penghuni rumah kost ini.


Di jajaran kamar sebelah kiri, kamar nomor 1, dihuni oleh Visio, seorang mahasiswa semester awal. Lalu berturut-turut kamar 2 sampai 4 ditempati oleh Trance, Dewa, dan Alladin. Di jajaran kanan adalah kamar nomor 5 sampai 8 dihuni oleh berturut-turut Clooney, Eoshi, kamarku sendiri, dan Trissy yang paling pojok. Sedangkan kamar di jajaran dasar U ditempati oleh Ditee di kamar 9 dan Ken Rudiadji di kamar 10.

Pagi ini jam 10 ada rencana bincang2 para penghuni (istilah kerennya sih meeting) di ruang tengah sambil lesehan di karpet. Sekarang sudah lewat setengah jam dari waktu yang dijanjikan tapi yang sudah hadir duduk meleseh baru ada Trance, Dewa dan Aku sendiri. Aku memang harus datang paling awal karena bertugas menyusun agenda sekaligus merekam jalannya rapat. Aku sudah siap dengan laptop di pangkuan untuk mencatat MOM (minute of meeting). Rapat akan membicarakan tentang kedisiplinan para pengisi papan pengumuman. Akhir2 ini banyak tempelan gambar yang dobel, yang sudah pernah ditempel, eeh ada yang nempel lagi gambar yang sama. Jelasnya nanti akan membicarakan bagaimana supaya papan-papan ini lebih rapi. Usulan agenda datang dari Trance yang terkenal praktis pragmatis dan dalam rangka pencarian identitas.

“Yang lain pada keman Toy?” tanya Dewa ramah. Kawan ini memang terkenal hangat dan bersahabat.

“Walah, gue gak tahu Bro. Si Visio tadi kuliah, dia gak mau bolos”jawabku

“Alladin mungkin masih di kamar, sibuk terus bikin analisis” timpal Trance.

“Trissy mungkin masih tidur, semalem dia dugem ampe jam 2 pagi”sambungku.

Tiba-tiba pintu kamar 8 terbuka, muncul Trissy yang masih mengantuk. Wow ! (apanya yang wow?)

“Umur panjang elo Triss”kata Dewa.

“Ngomongin gue apaan elo pade…”katanya sambil menguap.

“Engga kok …. gue lihat elo pulang pagi ya…”

“Emang…” kata Trissy sambil duduk di hadapanku.


Trissy keluar masih dengan pakaian tidurnya, yang super pendek dan tak berlengan. Jelas saja memperlihatkan sepasang paha dan lengannya yang putih mulus. Segera saja khayalanku berkembang, seandainya tubuh mulus itu

“Clooney kemana Bro”tanya Trance. Lamunanku tentang tubuh Trissy langsung buyar.

“Gue gak lihat di kamarnya tuh, biasa…. pasti ngelayap”jawabku. Bro yang satu ini emang jarang tidur di rumah.

“Iya tuh…. kemarin cewe yang diajak nginep di sini kaya’nya bukan pacarnya deh…”timpal Dewa.

“Emang elo kenal ama pacarnya?”tanyaku.

“Bangeet…”

“OK dah, kita absen aja satu-satu”

“Visio lagi kuliah”kataku.

“Alladin lagi di kamar, bentar lagi gabung, katanya”

“Clooney, gak tahu nginep dimana”

“Eoshi… keknya lagi kuliah juga, anak tu rajin”

“Bisa jadi dia tadi keluar mau nemuin cowo fans dia”potong Dewa.

“Abang kost ga ada juga di kamarnya”

“Mungkin lagi jalan ama Visio”kata Trissy, kantuknya sudah berkurang.

“Iya kali. Akhir-akhir ini mereka berdua akrab”tambah Dewa.

“Ditee…..?”

“Ada di kamar”potong Trissy.

“Diit….!”teriaknya memanggil coleganya.

Tak ada sahutan. Diulang lagi memanggil, lebih keras. Beberapa saat kemudian…

“Uh….hmmmm….ah….. bentar lagi gue gabung” terdengar suara pelan Ditee dari kamar belakang.

Ya udah… apalagi selain nunggu, sambil ngobrol ngalor-ngidul.
Sementara Aku mulai “membangun” khayalan lagi begitu mataku tertumbuk Trissy. Cara duduknya sexy … …sampai CD-nya kadang sepintas terlihat, warna cream, kalau dia mengubah posisi kakinya. Dia emang pakai CD, tapi apakah dia pakai daleman yang atas juga ? Aku tak yakin sebab baju tidurnya pas di bagian dada ada sulaman berbunga, jadi tak begitu jelas.

“Eh…Triss, elo gak pake bra ya?” tanya Trance tiba-tiba. Eh pikiran kawan ini sama denganku, rupanya.

“Pakelah…”jawabnya cepat.

“Coba buka, buat bukti”

“Yeee…. enak di elo ga enak di gua…”sahutnya agak sewot.

Pintu depan terbuka, Clooney nongol dengan tergopoh-gopoh.

“Untunglah, belom mulai ya….”katanya.

“Dari mana aja elo”tanya Trissy.

“Pokoknya asyiiik….”

“Cerita dong”kataku.

“Kemarin gue dapet janda muda, mainnya mantabs, terpaksalah gue ampe pagi. Rencananya sih cuman BBS short time…”

“Dasar….”timpal Trissy.

“Bayangin…. posisi apa aja, tetep bisa goyang pinggul heboh…”

“Waktu posisi berdiri, badannya kan gue pepet ke tembok, kakinya dia angkat sebelah, masih aja bisa goyang….”

“Sialan lo, bikin gue konak….”sahutku.

Alladin muncul dari kamarnya, wajahnya terlihat serius, tapi begitu ngeliat kita-kita yang lagi asik ngbrol, senyum ramahnya mengembang.

“Selesai bro?”sapaku.

“Belum…. gue kan musti cermat dan hati-hati…”

“Hello Triss…..” katanya. Eh, Trissy yang ditegor duluan.

“Halo juga say….”sahut Trissy.

“Sexy bener kamu pagi ini….’

“Lhah…. emangnya semalem gak sexy…”

“Engga, kalo semalem kamu ‘panas’……”

“Oh iya ? Semalem gue emang bergairah bangeet….. Pagi ini juga….”

“Cerita dong…cerita….”desak beberapa cowo.


“Okay deh, gue semalem lagi di kamar Alladin ngeliat cara dia menganalis, pertamanya sih. Tapi lama-lama gue……”

“Ssttt…. cukup”potong Alladin. Trissy kontan menutup mulutnya, seperti orang yang baru kelepasan bicara.
Ada apa diantara mereka berdua semalem ? Hanya mereka berdua yang tahu.
Pintu kamar 9 terbuka, Ditee muncul dengan rok terusan pendek warna krem, ngepas ditubuhnya yang sexy. Wajahnya berkeringat, kelihatan segar seperti habis senam. Dittee menutup pintu kamarnya lagi.

“Hi semua…”sapanya ramah.

“Hi cantik….”sahut kami, cowo2 hampir berbarengan.

Ditee berjalan dengan gaya peragawati, menyeberangi hamparan karpet, tidak bergabung duduk tapi langsung lewat saja menuju ke pintu depan. Mataku tak lepas dari dia menikmati goyang pinggulnya yang bak model jalan di catwalk.
Wow ! Apa mataku yang salah ? Di sepasang bongkahan (maaf) pantatnya yang ketat, tak ada garis apapun. Dittee tak memakai celana dalam ! Sekali lagi kalau mataku tak salah lihat. Sampai di pintu depan, dia melongok keluar melihat kanan-kiri.

“Nyari apa elo”tanya Trissy.

“Tadi rasanya ada tukang bubur lewat….”

“Dah dari tadi…. elo ngerem aja di kamar sih….”

“Tukang bubur dicari, bukannya nyari Si Abang….”timpal Clooney. Si Abang itu maksudnya Kru.

“Laper gue….”sahutnya lagi.

“Habis ngapain elo, keringatan gitu….”tanya Trance.

“Senam ya….”celoteh Dewa.

“Ada deh…..”jawabnya berteka-teki

“Hayo…. ngapain di kamar”tanya Clooney

“Selagi gak ada Abangnya, lagi….”tambahku.

“Ada aja” katanya lagi sambil ngeleseh di karpet di depan Clooney duduk.

“Eh….. elo gak pake CD ya….”teriak Clooney, jakunnya turun-naik.

Ditee makin tersipu….

Lhah… Akulah yang pertama kali “mengidentifikasi” tentang ketelanjangan Sang Dewi, tapi kenapa Si Clooney yang dapat “rezeki”….

Semua mata tertuju kepada cewe sensual ini, tatapan mata seperti kucing lapar yang melihat Dewi Nafsu. Yang jelas semuanya bertanya-tanya meskipun dalam hati, apa yang dilakukan oleh seorang Aphrodite di dalam kamar ketika yayangnya sedang tak ada di rumah ?
Tapi rasa penasaran kita-kita tak berlangsung lama, beberapa saat kemudian muncullah dari kamar 9, kamarnya Ditee, sesosok yang sudah tak asing lagi, juga dengan muka berkeringat, memerah segar, rambut acak-acakan. Dalam catatanku, sesosok yang baru muncul ini bernama Ken Rudiaji. Seluruh pertanyaan terjawab sudah !

Sepasang Merpati ini begitu “rajin” memadu kasih membuat iri teman-teman kost-nya saja. Mereka pandai memanfaatkan waktu, saat2 terakhir sebelum kumpul-kumpulpun sempat-sempatnya bergumul … Tapi Aku salut pada kerukunan mereka berdua, rasanya tak pernah mereka bertengkar. Mungkin ini bisa jadi ‘resep’ bagaimana agar hubungan kasih tetap rukun, jarang bertengkar, yaitu dengan sering “bertengkar” di dalam kamar …
Sebenarnya, tadi malam Akupun bergumul dengan tak sengaja. Maksudku, pada awalnya tak ada niatan sama sekali untuk melakukannya. Tapi…itu terjadi begitu saja, alami, natural.

“Ayo…kita mulai aja”kata Kru memotong lamunanku.

“Ntar dong, tunggu 2 orang lagi”

“Sapa tuh?”

“Visio ama Eoshi”

“Genji juga”kataku menyebut Si Ular Putih.


Oh iya, Aku lupa menggambarkan lay-out lantai 2 Bumi Fantasi. Lantai atas ini terdiri dari hanya 8 kamar saja sebab di bagian depan digunakan untuk teras terbuka, nyaman buat minum teh sore sambil merokok dan ditemani kue2. Lebih enak lagi kalau sambil memangku pasangan. Tentu saja tak hanya berpangkuan, kurang seru. Kalau di atas lagi sepi, bisa berpangkuan sambil saling meraba-raba dan kita bisa meminta cewe yang kita pangku untuk memutar duduknya jadi saling berhadapan. Setelah cukup panas dan kalau situasi memungkinkan, pasangan bisa kita minta untuk ke kamar kecil sebentar. Setelah kembali berpangkuan, kita bisa penetrasi di teras itu. Kok bisa ? Terang aja, waktu dia ke kamar kecil kan kita bisa pelorotkan celana kita. Ngapain dia ke kamar kecil? Ya buat melepas celana dalamnya …. dudul ah elo. Eh…ngelantur, bicara soal lay-out kenapa jadi soal penetrasi. Di lantai 2 ini sementara hanya ada satu orang penghuninya, yaitu Genji. Kedua lantai dihubungkan oleh sebuah tangga putar, letaknya di sebelah dapur umum.

“Sorry….maap…. gue telat…” Eoshi muncul tiba-tiba sambil nenteng kamera.

“Elo bilang tadi kuliah, ngapain bawa kamera”tanya Kru.

“Habis gathering nih … di kampus”jawabnya.

Dibelakang Eoshi, nongol Visio.

“Eh…. elo berdua sekarang berpasangan yah….”celetuk Trance, usil.

Mereka tak menjawab, cuma jelas sekali muka mereka bersemu merah….. malu ‘kali.
“Toy, ada siapa di kamar elo”tanya Dewa tiba-tiba yang membuatku kaget.

“Siapa…… gak ada kok”

“Alaa….elo….”katanya lagi.

Memang, dari kamarku terdengar suara musik pelan, dan suara berdentingnya gelas.

“Ayo ngaku…. semalem gue denger elo ngobrol ama cewe”timpal Trissy yang kamarnya bersebelahan dengan kamarku.

“Gak ada…”Aku masih mencoba mengelak.

“Gue masukin kamar elo nih sekarang….”kata Trissy setengah mengancam.

“Jangan…..”seruku spontan, dan khawatir.

“Tuh…kan… pasti ada apa-apanya nih”sambung Ditee.

“Ayo bicara”timbrung Eoshi dan Visio berberengan. Dua anak muda ini memang kompak selalu.

“Okay….okay”kataku akhirnya.

Semuanya menunggu mulutku bicara. Tak enak juga Aku ketika sembilan pasang mata tertuju ke arahku dengan curiga.

“Temen …. semalam numpang tidur”kataku.

“Temen apa temen ….”

“Bener temen lama, dah lama banget gak ketemu”

“Iya bener temen …… temen tidur maksudnya kan?”kata Trissy.

“Asli temen lama, sampai jam 11 malem emang temen”

“Trus…?”

“Setelah jam 11 jadi TTM…..”

“Huuu ….. cerita tuh yang lengkap”sahut Alladin.

“Okay…. begini”Aku berhenti bicara, menunggu reaksi.

“Trus…?”seru beberapa orang berbarengan.

“Dia emang temen lama. Semalem dia nelepon pengin ketemu, gue suruh dia kemari. Tadinya dia malu mau masuk kamar, engga enak ama kalian, katanya. Tapi setelah gue bilang kalian banyak yang keluar rumah, ada yang udah tidur, udah sepi. baru dia mau”

“Trus…”

“Udah aja…”

“Harus ada terusnya”

“Dia cerita lagi ada masalah ama tantenya…. dia cuman pengin kabur sementara. Jadi mau numpang tidur”

“Setelah cerita banyak, maklum lama gak ketemu, dia bilang ngantuk banget, gue persilakan tidur di bed gue, Gue sendiri gelar kasur gulungan di bawah. Udah gitu aja”

“Gak mungkin …..”

“Yang TTM tadi apaan?”tanya Trissy. Sepertinya dia paling antusias ingin denger cerita seru.

“Masa musti gue ceritain….”kataku bertahan.

“Harus.. wajib.. kudu.. musti”

“Ya udah, dia tidur di bed, gue di lantai….”

“Udahlah…. elo gak usah tutup-tutupin lagi…”

“Dia bilang masa gue tidur di bawah, dia ngotot mo tuker tempat. Gue juga gak tega kalau dia tidur di lantai. Akhirnya sepakat dua-duanya di bed. Ya udah kita udah merem sama-sama mau tidur”

“Setengah jam berlalu mata gue masih melek, gue lihat dia udah lelap, kayanya”

Aku ambil pause sebentar.

“Gue lihat muka dia yang teduh, masih cantik seperti dulu. Trus mata gue bergeser ke bawah …. sepasang gundukan yang tak begitu besar itu juga masih terlihat kenceng walau tertutup pakaian dan selimut. Udah hampir 3 tahun berteman, baru kali inilah gue perhatiin sosok dia dekat-dekat. Belum pernah terjadi apapun diantara kita, memang cuman hubungan pertemanan. Tubuhnya yang tinggi dan masih tetap langsing, kulit kecoklatan justru eksotis”
Lama-lama memandangi dia, ada perasaan ganjil mengalir. Gue narik nafas panjang, sayang cuma teman, seandainya bisa lebih dari sekedar pertemanan…

Nafasku mulai tersengal, nafsu mulai menjalar …… apalagi tercium aroma tubuhnya yang khas dan natural, membuatku makin gelisah.
Ah …. ini cuman nafsu sesaat, kalau kau turuti, pasti kau akan menyesal nanti. Hubungan pertemanan akan rusak….
Tapi ….
Aroma tubuhnya begitu menggoda ….
Tak kusadari, tubuhku di bawah sudah menegang kencang …
Terus….jangan….terus….jangan….
Setan memenangi peperangan…
Aku memiringkan tubuh menghadapnya, tanganku merangkul di bawah dadanya. Matanya terbuka dan menoleh dan senyum.

“Belum tidur….”sapaku

“Hampir….”

“Oh sorry….. ganggu dong”

“Ga pa pa …kok”


Dia lalu juga memiringkan tubuhnya, kami berhadapan.
Tak ada lagi dialog verbal, mata kamilah yang kini saling “bercakap”.
Tiba-tiba keningku dikecupnya.
Lalu …. entah bagaimana awalnya, kami sudah terlibat dalam french kissing. Bibir perpagutan, lidah bersilatan. Nafsuku merambat cepat.
Entah bagaimana juga prosesnya, Aku sudah menindih tubuhnya…
Proses berikutnya, standar saja. Saling meraba tubuh, saling melepas pakaian …..
Sampai saatnya dia sudah membentang pahanya dan lututku bertumpu diantaranya.

“Ver….”bisikku. Oh ya teman2, nama teman lamaku ini Vera.

Dia mengangguk-angguk. Dan Aku masuk …..

Setelah selesai….. Aku masih menindih tubuhnya, kelamin kami masih bertautan.

“Ver …. sorry…..”

“Kenapa?”

“Kok kita jadi begini…..”

“Kamu nyesel?”

“Sama sekali engga”sahutku cepat.”Cuma khawatir kamu yang nyesel….”

“Udah terjadi…..”katanya lagi.

Beberapa menit lalu kami masih teman. Sekarang sudah jadi TTM.
Bahkan TTMB, mesra banget, karena kami melakukannya sekali lagi sebelum jatuh tertidur kelelahan.
Mesra banget, karena ketika Aku terbangun pagi harinya, Aku mulai lagi menggodanya, dan kembali pagi-pagi itu kami berdua terbang melayang di atas awan kenikmatan ….


“Begitu teman-teman sekalian ceritanya, puas kan….?”

“Iya elo yang puas, gue yang puasa….”sahut Dewa.

“Suruh gabung ke sini dong dia”kata Clooney.

“Entar juga keluar …. dia lagi gue minta bikin minuman buat kita”

Aku beranjak ke kamarku mau melihat apakah minumannya udah siap.
Begitu Aku buka pintu …..


Aku kaget. Dia masih menuangkan minuman teh manis untuk teman-teman, dan segelas juice jeruk khusus buatku, dengan masih tanpa pakaian, alias telanjang bulat ….
Yang lebih membuat Aku kaget, ternyata di belakangku diam-diam nyusul anak-anak kost. Celakanya, mereka semua ikut menikmati ketelanjangan Vera, TTMB-ku ….


Monday, December 17, 2018

3:32 AM

Layanan Medis Plus Plus 18+...



BeritaIndonesia, Jakarta - Saya terbangun dipagi hari dengan perasaan sakit yang luar biasa. Kepala saya terasa berat, badan saya panas sekali, dan badan tidak terasa bertenaga. Saya mencoba bangun dan sarapan. Setelah makan, saya malah terasa semakin lemas. Akhirnya saya SMS sekretaris saya untuk bilang tidak masuk kantor karena sakit. Jam 11 siang saya terbangun, kepala terasa semakin berat dan lemas sekali.

Saya minta pembantu saya untuk panggil taksi. Setelah taksi tiba, saya berangkat dan minta diantar ke rumah sakit swasta yang besar di daerah kuningan, Jakarta. Saya langsung masuk ke unit gawat darurat dan tim medis langsung menangani saya. Darah saya diambil untuk dites dan sebuah infus dipasang dilengan kiri saya. Sejam kemudian, dokter memberitahukan hasil lab yang menyatakan trombosit darah saya jauh dibawah normal. Saya diminta untuk diopname.

Sambil mengisi registrasi rumah sakit, saya minta kamar VIP dan menelepon orang tua saya bahwa saya diopname dan minta dibawakan baju ganti dari rumah saya. Setelah urusan beres, saya langsung diantar ke kamar VIP. Selesai makan siang dan obat, saya langsung tidur dengan pulas. Sore hari, orang tua saya datang membawa baju ganti, dsb. Saya wanti-wanti mereka untuk tidak memberitahu kakak atau saudara saya karena tidak mau diganggu selama diopname.

Selasa

Jam 5:45 pintu kamar saya terbuka, seseorang membawa sarapan disusul oleh seorang pria yang membawa kotak putih, rupanya ia perlu mengambil darah saya untuk dibawa ke lab. Kepala saya masih sakit, badan masih panas dan masih tak bertenaga. Selesai sarapan kembali saya tertidur. Jam 6:30, seorang suster masuk.

“Selamat pagi Pak Arthur, saya mandikan ya supaya segar” kata suster.

Saya membuka mata sedikit dan mengangguk. Si suster dengan cekatan membuka baju dan celana tidur saya. Seluruh tubuh saya dioleskan dengan sabun cair lalu digosok setelah itu dilap dengan handuk basah. Selama dimandikan, saya menutup mata saya karena masih pusing. Sesekali saya membuka mata, saya perhatikan si suster bernama Mia (bukan nama asli). Tubuhnya langsing, rambutnya pendek, dadanya terlihat membusung dibalik baju seragam perawatnya.

“Pak, mau dibersihkan daerah selangkangan?” suster Mia bertanya. “Ya boleh aja” jawab saya malas-malasan.

Celana dalam saya dibuka dan kembali suster Mia mengoleskan sabun cair dan membersihkan daerah selangkangan lalu dilap dengan handuk basah. Selama dibersihkan didaerah selangkangan, kontol saya terkulai dengan lemas. Ternyata urat mesum saya sedang tidak beraksi sama sekali, hahahaha. Setelah beres, suster Mia membantu saya memakai pakaian yang bersih dari tas saya lalu saya mengucapkan terima kasih. Jam 8, dokter datang untuk memeriksa kondisi saya kemudian saya melanjutkan tidur.

Rabu

Rutinitas pagi hari kembali terulang, sarapan diantar lalu datang si pria yang meminta darah saya (udah kayak drakula minta darah) dan kembali suster Mia datang untuk memandikan saya. Kepala saya masih sakit walaupun tidak separah kemarin dan badah masih hangat. Kali ini sambil dimandikan, mata saya terbuka lebar dan tertuju pada TV walaupun sekali-sekali melirik ke tubuh suster Mia. Wajahnya saya perhatikan, ternyata cantik juga dia. Jika dilihat sepintas mirip Wanda Hamidah. Kalau tersenyum, maka sebuah lesung pipit akan terlihat di pipi sebelah kanan. Kembali suster Mia menawarkan untuk membersihkan daerah selangkangan, saya perbolehkan. Kontol saya masih terkulai lemas. Rupanya badan lemas memang tidak akan mampu membuat kontol berdiri.

Saya melewati hari ini dengan lebih banyak tidur supaya cepat sehat. Sekali-sekali saya nonton TV tapi setelah itu kembali tidur.

Kamis

Pagi ini saya merasa cukup segar, kepala sudah tidak lagi sakit, temperatur badan sudah kembali normal dan tenaga tubuh terasa sudah membaik. Tidak sabar saya menunggu dimandikan suster Mia. Selesai sarapan dan pengambilan darah, suster Mia datang.

“Halo selamat pagi, kelihatannya sudah segar Pak Arthur” kata Mia dengan tersenyum. “Panggil Arthur saja, enggak usah pakai Pak. Iya, sudah jauh lebih baik” kata saya dengan tersenyum. “Wah kalau begitu enggak perlu ya dimandikan, bisa mandi sendiri” goda Mia. “Kalau saya sehat, saya tidak ada disini, suster” jawab saya sambil tertawa. “Hahaha, bisa saja Arthur” kata Mia.

Mia membuka baju dan celana tidur saya. Saat mengoles dada dan punggung saya dengan sabun cair, saya melirik kearah dadanya, wah besar juga! Mia menggosok dada, punggung dan lengan saya. Bibir Mia yang merah terasa dekat sekali saat itu membasuh dada saya dengan handuk basah. Ingin rasanya menciumnya. Lalu Mia melanjutkan membersihkan paha dan kaki saya. Tangannya yang lembut saat menyentuh paha saya tiba-tiba membangunkan urat mesum saya dan langsung kontol saya berdiri, hore! Mia tetap melanjutkan membasuh paha dan kaki walaupun sekali-sekali saya menangkap matanya melirik kearah kontol saya.

“Mau dibersihkan selangkangannya?” tanya Mia. “Boleh, silakan” kata saya sok cuek.

Tangan Mia meraih celana dalam saya dan perlahan ia menariknya kebawah. Kontol saya langsung terayun kearahnya. Mia lalu membalur sabun cair di daerah selangkanganku. Tangannya terasa lembut sekali dan kontol saya terasa semakin mengeras.

“Maaf ya kalau ereksi” jawa saya sedikit malu. “Tidak apa-apa kok, normal kok” jawab Mia sambil tersenyum.

Duh senyumannya membuat jantung saya berdegup dengan kencang. Mia kelihatannya hati-hati untuk tidak sampai menyenggol kontol saya. Selesai mandi, Mia membantu saya memakai baju lalu saya nonton TV sambil menunggu dokter datang.

Jum’at

Saya sudah merasa sehat sekali. Saya kembali membayangkan kenikmatan dimandikan oleh si cantik suster Mia. Sarapan dan tukang palak darah pun datang, dan sekarang saatnya mandi. Pintu kamar saya terbuka dan tiba-tiba yang muncul bukan Mia melainkan suster lain yang sama sekali tidak menarik.

“Aarggh, shit, who the hell are you?, I want Mia” jerit saya dalam hati.

Suster itu menawarkan untuk dimandiin. Serta merta saya menolak, saya bilang saya cukup kuat untuk mandi sendiri. Suster itu membantu saya ke kamar mandi setelah itu meninggalkan kamar saya. Selesai mandi, dokter datang dan membawa hasil lab terbaru. Trombosit darah saya sudah kembali normal. Nanti siang saya diijinkan untuk membuka infus dan kalau segala sesuatu baik maka hari Sabtu boleh pulang. Saya agak sedih tidak ketemu Mia, seharian saya melewatkan waktu dengan nonton TV dan menanyakan ke sekretaris keadaan di kantor.

Malam hari setelah makan malam, orang tua saya pamit untuk pulang. Saya masih nonton TV untuk menunggu suster shift malam datang. Biasanya suster itu hanya akan memantau kondisi sebelum saya tidur. Tangan kiri saya sudah kembali bebas setelah jarum infus dicabut. Jam 21:30, pintu terbuka dan suster Mia muncul.


“Selamat malam Arthur, sudah sehat?” Mia bertanya dengan tersenyum. “Halo Mia, saya sudah merasa sehat. Kok sekarang datangnya malam?” tanya saya. “Biasa, rotasi jam kerja” kata Mia.

“Senang melihat Mia lagi” kata saya sedikit merayu, tanpa saya sadari saya menyentuh lengan Mia.

Mia tersenyum dan membiarkan tangan saya memegang lengannya. “Gimana kabarnya? Masih lemas?” tanya Mia. “Sudah sehat, kan tadi sudah saya jawab” kata saya sedikit bingung. “Bukan kamu, tapi adik kamu” kata Mia dengan pandangan menggoda. “Coba saja kamu tanya sendiri” kata saya sambil tersenyum.

Dengan mata yang tetap tertuju pada mata saya, Mia mengulurkan tangannya ke arah kontolku. Ia meremas kontol saya dari balik selimut.

“Besar ya, Arthur” kata Mia. “Buka aja celananya” kata saya.

Mia membuka celana piyama dan celana dalamku. Kontol saya langsung digenggam. Mia membungkukkan dadanya kearah saya dan saya langsung mencium bibirnya, saya buka kancing baju seragamnya lalu saya tarik BHnya kebawah. Payudaramia cukup besar, berukuran 34B. Putingnya berwarna coklat muda dan payudaranya terlihat sedikit menurun. Dengan gemas, saya cium bibir Mia sambil meremas dan memelintir puting Mia. Mia membalas dengan meremas dan mengocok kontol saya. Setelah berciuman agak lama, Mia melepaskan dirinya dan menghisap kontol saya. Lidahnya menyapu seluruh kepala kontol lalu ke batang kontol dan biji. Hmm, nikmatnya.

Saya mengangkat rok putih Mia dan terlihat celana dalamnya berwarna putih. Saya remas pantatnya yang tidak terlalu besar lalu saya elus vaginanya dari belakang pantatnya. Mia menggelinjang kegelian. Saya menyelipkan jari saya kebalik celana dalamnya dan mengelus-elus vaginanya. Terasa bulu-bulu kemaluan Mia disekitar vaginanya. Vagina Mia sendiri terasa basah dan licin. Wah kelihatannya Mia sudah orgasme, mungkin saat kita ciuman dia mengalami orgasme. Jari saya sibuk mengelus vagina dan memainkan klitorisnya. Nafas Mia mendengus-dengus dan ia menghisap kontol saya semakin keras.

Tiba-tiba terdengar suara orang berjalan di gang. Mia langsung tersentak dan membetulkan bajunya. Ia berjalan ke pintu dan mengintip keluar, rupanya hanya orang yang keluar dari kamar selesai membesuk. Mia tersenyum dan berkata


“Arthur, saya enggak berani melakukannya disini, takut supervisor saya lewat” “Sebentar saja, enggak ketahuan kok asalkan kita tidak berisik” ujar saya. “Hari Senin saja ya ditempat saya” kata Mia dengan wajah yang memelas. “Sebentar saja sayang, 10 menit deh” ujar saya dengan nafsu yang sudah naik ke ubun-ubun.

Saya turun dari tempat tidur saya dan menghampiri Mia. Saya cium bibirnya dan Mia membuka baju, saya praktis telanjang bulat. Mia lalu membuka baju seragamnya dan menurunkan BHnya lalu mengangkat roknya dan celana dalamnya ditarik kebawah kakinya. Kami berciuman dengan penuh gairah. Saya menuntun Mia ke sofa, saya duduk disofa dan Mia duduk dipangkuanku menghadap saya. Saya mencium buah dadanya yang besar.

Mia mendesah dengan nikmat. Ia mengangkat pantatnya dan menuntun kontol saya kearah vaginanya. Vaginanya yang sudah basah membuat kontol saya masuk dengan mudah. Mia mendongak sambil memejamkan matanya menikmati kontol saya. Ia menggoyangkan pinggulnya naik turun dan memutar-mutarnya. Kontol saya terasa seperti ditarik dan diremas bersamaan. Nikmat sekali. Payudara Mia bergoyang-goyang dimuka saya dan langsung saya sambar putingnya dengan gigiku dan menggigitnya.

Dengan penuh gairah Mia memainkan kontolku dalam vaginanya. Bibirnya ia gigit agar tidak sampai berteriak. Saya sendiri berusaha menutup mulut saya dengan membenamkan kepala saya di buah dada Mia.

“Sshh.. Enak Arthur, enak sekali” ujar Mia mendesis.

Bagaikan kuda liar, Mia terus mengayun-ayunkan pantatnya. Keringat menetes dengan di kening dan dadanya. Wajahnya yang cantik terlihat semakin cantik meluapkan gairah didalam dirinya. Saya melirik ke bagian bawah perutnya, terlihat bulu kemaluannya yang agak lebat. Biasanya saya sedikit turn-off melihat wanita yang bulu kemaluannya lebat tapi kali ini gairah saya tidak padam malah semakin membara.

Tanpa mengeluarkan kontol saya atau mengubah posisi ML, saya mengangkat Mia. Mia memeluk saya dan kakinya melingkar di pinggang saya. Saya baringkan Mia di sofa, Mia menekuk kakinya lalu merapatkannya sehingga kontol saya terasa semakin rapat di vaginanya. Saya mulai menggenjot vagina Mia. Saya condongkan dada saya sehingga menyentuh dengkul Mia. Mata Mia tidak lepas dari mata saya. Tangan kanan saya meremas payudara Mia sedangkan tangan kiri saya meraih ke anus Mia dan memainkannya. Mia mendelik saat saya memasukkan jari tengah saya ke anusnya, perlahan tangan kanannya meraih jari saya danmenariknya keluar

“Jangan sayang, sakit” ujar Mia.

Saya terus menggenjot Mia dengan penuh gairah. Mia meremas-remas payudaranya sendiri sambil memejamkan matanya. Tak lama kemudian saya merasakan akan ejakulasi.

“Mau keluar Mia”

Mia langsung menurunkan kakinya sehingga kontol saya tercabut dari vaginanya, ia duduk lalu meraih kontol saya. Kontol saya langsung diremas dengan gemas dan dimasukkan ke mulutnya. Tangan kanannya meremas-remas biji sedangkan tangan kirinya memegang batang kontolku. Saya memegang kepala Mia dan menekan-nekan kepalanya sehingga kontol saya terasa masuk lebih dalam kedalam mulut Mia.

Kontol saya langsung memuntahkan peju kedalam mulut Mia yang mungil. Peju saya terlihat memenuhi mulut Mia sehingga ia terpaksa mengeluarkan kontol saya dari mulutnya dan menelan peju saya kemudian menjilat sisa peju yang turun di batang kontol. Kontol saya langsung bersih dijilat. Saya sebenarnya masih penasaran belum menjilat vagina Mia, tetapi Mia cepat-cepat memakai bajunya dan membereskan rambutnya. Keringat di dahinya ia lap dengan tissue. Kemudian ia mengambil bolpen dan menulis alamat dan nomor handphonenya.

“Saya off-duty hari Senin. Kamu pasti boleh pulang besok. Tapi nanti dokter akan minta kamu istirahat beberapa hari. Datang aja ya ke kost saya hari Senin” kata Mia. Saya cium bibir Mia dan Mia bergegas keluar.

Sabtu

Hari Sabtu saya akhirnya boleh pulang dan persis seperti yang dibilang Mia, saya diminta untuk istirahat dirumah sampai hari Rabu.


Senin

Jam 9 pagi saya sudah tiba di tempat kost Mia, sebelumnya saya sudah menelepon Mia untuk datang kesana. Mia telah menunggu diruang tamu tempat kostnya. Ia mengenakan celana pendek warna coklat dengan kaos lengan buntung yang ketat.

“Hai, akhirnya datang” seru Mia dengan senang. Mia langsung mengajak saya ke kamarnya. “Kangen dengan Mia” kata saya sambil mencium bibirnya. “Iya, saya kangen juga, masih penasaran dengan kontol kamu” jawab Mia sambil ciuman.

Saya membuka kaos dan celana pendek Mia. Tampak celana dalam model g-string berwarna hitam dikenakan Mia. Mia lalu gantian membuka baju dan celana panjang serta celana dalam. Kemudian Mia jongkok didepan saya lalu mulai menghisap kontolku. Selang beberapa menit menghisap kontol, saya meminta Mia berdiri lalu saya baringkan ditempat tidur. Saya cium payudaranya sambil tangan kanan saya mengelus vaginanya dari balik celana dalam. Mia memejamkan matanya menikmati kenikmatan yang saya berikan. Putingnya secara gantian saya hisap dan gigit lalu saya turun ke perut Mia. Mia menjerit geli saat saya gigit perutnya.

Dengan tak sabar saya mulai mencium vaginanya dari balik celana dalamnya, kemudian saya tarik celana dalamnya sampai ke dengkulnya. Wah ternyata Mia telah mencukur bulu kemaluannya sehingga terlihat tipis dan rapih, beda dengan malam sebelumnya yang bulu kemaluannya terlihat lebat. Saya jilat vaginanya yang berwarna merah, klitorisnya yang besar tidak luput dari gigitan saya. Mia menjerit-jerit kecil menerima gigitan-gigitan di klitorisnya. Saya membalikkan tubuh Mia lalu membuat posisi doggy style. Mia nungging didepan saya, pantatnya yang mungil saya remas dengan keras lalu saya minta Mia membungkuk lebih dalam sehingga anusnya terlihat. Saya jilat anusnya, Mia menggelinjang kegelian. Kemudian saya mulai mengarahkan kontol kedalam vagina Mia.

“Aahh, enak Arthur, enak sekali. Terus sayang. Lebih keras” pinta Mia.

Vagina Mia terasa hangat dan basah. Saya memegang pantatnya dan menggenjot vagina Mia dengan penuh nafsu. Mia mendesis-desis sambil memutar-mutar pantatnya. Setiap kali Mia memutar pantatnya, kontol saya terasa seperti ditarik lebih dalam divaginanya. Entah bagaimana caranya dia bisa melakukan itu. Saya memejamkan mata menikmati pijitan kontol saya dalam vagina Mia. Mia kemudian meluruskan kakinya sehingga tubuhnya rata dengan kasur, saya terpaksa harus menurunkan badan saya dan menindih tubuh Mia dari belakang. Tapi dengan gaya ini, kontol saya terasa semakin sempit memasuki vagina Mia karena dihimpit oleh paha Mia.

Tidak lama kemudian saya ejakulasi. Saya melenguh dengan keras dan tubuh Mia ikut mengejang pertanda ia juga orgasme. Saya lalu menindih tubuh Mia tanpa mengeluarkan kontol saya. Mia kemudian memutar tubuhnya lalu gantian menindih dada saya. Kami saling berciuman dan istirahat.

“Arthur, mau nggak kalau ada variasi?” tanya Mia. “Variasi seperti apa?” tanya saya balik. “Ada orang ketiga” sahut Mia. “Siapa?” “Namanya Desi, dia suster juga tapi kerjanya di lantai 2 dirumah sakit yang sama” “Boleh aja, sekarang?” “Bisa, tinggal telepon dan nanti dia datang dari kamar sebelah” “Hah? Dia disebelah? Cantik nggak?” tanya saya bertubi-tubi. Kalau nanti yang datang suster yang mau mandiin saya waktu hari Jum’at pagi kan repot, pikir saya dalam hati. “Cantik, jangan takut deh. Dia satu kost dengan saya” jawab Mia sambil meraih handphonenya.


Rupanya Mia telah bercerita kepada temannya mengenai persetubuhan kita di rumah sakit. Dan lebih mengejutkan lagi, Desi ini juga sering bersetubuh atau setidaknya oral sex dengan pasien. Hmm, nakal juga suster-suster ini, pikir saya dalam hati. Dalam waktu kurang dari semenit, Desi mengetuk kamar Mia dan dibukakan oleh Mia. Wajah Desi boleh juga walaupun tidak secantik Mia. Desi memakai daster bercorak bunga-bunga dengan warna mencolok khas dari Bali. Dari balik dasternya tampak buah dadanya yang tidak disangga BH. Saya masih berbaring di tempat tidur dengan telanjang dan mata Desi langsung tertuju ke kontol saya.

“Halo Desi” kata saya untuk menghilangkan kecanggungan. “Halo Arthur” sahutnya dengan sedikit malu.

Mia berdiri dibelakang Desi lalu membuka daster Desi. Desi langsung telanjang bulat. Desi tersenyum malu lalu mendekat kepada saya. Saya meremas payudaranya yang tidak sebesar Mia tapi bulat dan kencang. Pantat Desi sedikit lebih besar dari Mia, bulu kemaluannya terlihat tercukur tipis dan rapih. Desi meraih kontol saya dan mengelusnya. Kemudian ia membungkukkaan tubuhnya dan mulai menghisap kontol saya, saya raih pantatnya dan menariknya kearah muka saya sehingga kita dalam posisi 69.

Mia tampak mengambil handycam dan mulai merekam adegan saya dan Desi. Dengan gemas saya jilat vagina Desi, tercium bau sabun yang wangi. Desi membalas dengan menghisap kontol saya sambil meremas bijiku. Puas ber-69, saya minta Desi tetap nungging lalu saya masukkan kontol saya ke vaginanya. Vaginanya tidak sesempit Mia tetapi begitu kontolku masuk langsung terasa vaginanya berdenyut-denyut di kepala kontolku. Desi saya genjot dengan penuh gairah. Mia merekam setiap adegan sambil tangan kirinya mengelus vaginanya sendiri. Desi mengikuti irama goyangan saya dengan menekan pinggulnya dengan keras kepinggul saya sehingga kontol saya masuk lebih dalam ke vaginanya.

Mia kemudian meletakkan handycamnya di meja dengan posisi lensa mengarah kami, kemudian ia berlutut dibelakang saya lalu memelukku. Tangan kanannya meremas-remas biji saya. Rangsangan yang diperoleh dari Mia membuat saya menggenjot Desi semakin keras.

“Oohh.. Terus Arthur, terus Arthur.. Saya mau keluar” jerit Desi dengan keras.

Tubuh Desi mengejang dan terasa vaginanya Desi menjadi sangat becek. Desi langsung tengkurap dengan lemas dikasur. Wah belum apa-apa udah lemas, saya berkata dalam hati.

Langsung saya tarik si Mia dan masukkan kontolku ke vaginanya. Mia membuka kedua kaki dengan lebar dan menerima kontol saya dalam vaginanya. Saya meremas-remas buah dadanya dengan nafsu sambil menggenjot kontolku yang belum tuntas tugasnya. Saya melirik ke Desi dan ia kelihatannya kembali bergairah. Ia jongkok diatas muka Mia dan Mia langsung melahap vagina Desi. Desi melenguh setiap kali lidah Mia menyapu vaginanya. Saya mencium bibir Desi dan kita saling berpagutan. Setelah menyetubuhi Mia selama 10 menit, peju saya terasa mau keluar. Langsung saya cabut kontol saya dan menyodorkannya ke mulut Desi. Desi menerima dengan senang dan menghisap dan menelan peju saya. Mia sendiri masih asyik menjilat vagina dan anus Desi.

Saya terkulai ditempat tidur, Desi rebahan disebelah kiri dan Mia disebelah kanan. Mia memutar video adegan seks tadi. Sepanjang hari, kami bertiga terus bersetubuh dengan posisi yang berbeda. Kadang-kadang gantian saya yang meng-handycam Desi dan Mia yang ber-69 dan berciuman. Three-some yang sangat eksotis. Tubuh saya langsung terasa sehat dan segar.



Monday, October 22, 2018

10:11 PM

Kakak Rumah Tangga yang Binal dan HyperS**!!!!



Berita Indonesia, Jakarta - Bapakku baru 2 bulan yang lalu meninggal dunia, jadi sekarang ibuku tinggal sendiri hanya ditemani Enny, pembantunya yang sudah hampir 4 tahun bekerja disitu. Enny berumur 26 tahun, dia masih belum bersuami. Wajahnya tidak cantik, bahkan giginya agak maju sedikit, walaupun tidak bisa disebut jelek juga. Tapi yang menarik dari Enny ini adalah bodynya, seksi sekali. Tinggi kira2 164 cm, dengan pinggul yang bulat dan dada berukuran 36. Kulitnya agak cokelat. Sering sekali aku memperhatikan kemolekan tubuh pembantu ibuku ini, sambil membandingkannya dengan tubuh isteriku yang sudah agak mekar.

Hari itu, karena kurang enak badan, aku pulang dari kantor jam 10.00 WIB, sampai di rumah, kudapati rumahku kosong. Rupanya isteriku pergi, sedang anak-anakku pasti sedang sekolah semua. Akupun mencoba ke rumah ibuku, yang hanya berjarak lima menit berjalan kaki dari rumahku. Biasanya kalau tidak ada di rumah, isteriku sering main ke rumah ibuku, entah untuk sekedar ngobrol dengan ibuku atau membantu beliau kalau sedang sibuk apa saja.
Sampai di rumah ibuku, ternyata disanapun kosong, cuma ada Enny, sedang memasak.

Kutanya Enny, “En, Bu Dewi (nama isteriku) kesini nggak?”

“Iya Pak, tadi kesini, tapi terus sama temannya” jawab Enny.

“Terus Ibu sepuh (Ibuku) kemana?” Tanyaku lagi.

“Tadi dijemput Bu Ina (Adikku) diajak ke sekolah Yogi (keponakanku)”

“Oooh” sahutku pendek.

“Masak apa En? tanyaku sambil mendekat ke dapur, dan seperti biasa, mataku langsung melihat tonjolan pinggul dan pantatnya juga dadanya yang aduhai itu.

“Ini Pak, sayur sop”

Rupanya dia ngerasa juga kalau aku sedang memperhatikan pantat dan dadanya.
“Pak Irwan ngeliatin apa sih” Tanya Enny.

Karena selama ini aku sering juga bercanda sama dia, akupun menjawab,

“Ngeliatin pantat kamu En. Kok bisa seksi begitu sih En?”

“Iiih Bapak, kan Ibu Dewi juga pantatnya gede”

“Iya sih, tapi kan lain sama pantat kamu En”

“Lain gimana sih Pak?” tanya Enny, sambil matanya melirik kearahku.

Aku yakin, saat itu memang Enny sedang memancingku untuk kearah yang lebih hot lagi.
Merasa mendapat angin, akupun menjawab lagi, “Iya, kalo Bu Dewi kan cuma menang gede, tapi tepos”

“Terus, kalo saya gimana Pak?” Tanyanya sambil melirik genit.

Kurang ajar, pikirku. Lirikannya langsung membuat tititku berdiri.
Langsung aku berjalan kearahnya, berdiri di belakang Enny yang masih mengaduk ramuan sop itu di kompor.

“Kalo kamu kan, pinggulnya gede, bulat dan kayaknya masih kencang”, jawabku sambil tanganku meraba pinggulnya.

“Idih Bapak, emangnya saya motor bisa kencang” sahut Enny, tapi tidak menolak saat tanganku meraba pinggulnya.

Mendengar itu, akupun yakin bahwa Enny memang minta aku ‘apa-apain’.
Akupun maju sehingga tititku yang sudah berdiri dari tadi itu menempel di pantatnya. Adduuhh, rasanya enak sekali karena Enny memakai rok berwarna abu-abu (seperti rok anak SMU) yang terbuat dari bahan cukup tipis. Terasa sekali tititku yang keras itu menempel di belahan pantat Enny yang, seperti kuduga, memang padat dan kencang.


“Apaan nih Pak, kok keras? tanya Enny genit.

“Ini namanya sonny En, sodokan nikmat” sahutku.

Saat itu, rupanya sop yang dimasak sudah matang. Ennypun mematikan kompor, dan dia bersandar ke dadaku, sehingga pantatnya terasa menekan tititku. Aku tidak tahan lagi mendapat sambutan seperti ini, langsung tanganku ke depan, ku remas kedua buah dadanya. Alamaak, tanganku bertemu dengan dua bukit yang kenyal dan terasa hangat dibalik kaos dan branya.

Saat kuremas, Enny sedikit menggelinjang dan mendesah, “Aaahh, Pak” sambil kepalanya ditolehkan kebelakang sehingga bibir kami dekat sekali. Kulihat matanya terpejam menikmati remasanku. Kukecup bibirnya (walaupun agak terganggu oleh giginya yang sedikit tonggos itu), dia membalas kecupanku. Tak lama kemudian, kami saling berpagutan, lidah kami saling belit dalam gelora nafsu kami. TItitku yang tegang kutekantekankan ke pantatnya, menimbulkan sensasi luar biasa untukku (kuyakin juga untuk Enny).

Sekitar lima menit, keturunkan tangan kiriku ke arah pahanya. Tanpa banyak kesukaran akupun menyentuh CDnya yang ternyata telah sedikit lembab di bagian memeknya.
Kusentuh memeknya dengan lembut dari balik CDnya, dia mengeluh kenikmatan, “Ssshh, aahh,
Pak Irwan, paak.. jangan di dapur dong Pak”

Dan akupun menarik tangan Enny, kuajak ke kamarnya, di bagian belakang rumah ibuku.
Sesampai di kamarnya, Enny langsung memelukku dengan penuh nafsu, “Pak, Enny sudah lama lho pengen ngerasain punya Bapak”

“Kok nggak bilang dari dulu En?” tanyaku sambil membuka kaos dan roknya.

Dan.. akupun terpana melihat pemandangan menggairahkan di tubuh pembantu ibuku ini.

Kulitnya memang tidak putih, tapi mulus sekali. Buah dadanya besar tapi proporsional dengan tubuhnya. Sementara pinggang kecil dan pinggul besar ditambah bongkahan pantatnya bulat dan padat sekali. Rupanya Enny tidak mau membuang waktu, diapun segera membuka kancing bajuku satu persatu, melepaskan bajuku dan segera melepaskan celana panjangku.

Sekarang kami berdua hanya mengenakan pakaian dalam saja, dia bra dan CD, sedangkan aku hanya CD saja. Kami berpelukan, dan kembali lidah kami berpagut dalam gairah yang lebih besar lagi. Kurasakan kehangatan kulit tubuh Enny meresap ke kulit tubuhku. Kemudian lidahku turun ke lehernya, kugigit kecil lehernya, dia menggelinjang sambil mengeluarkan desahan yang semakin menambah gairahku, “Aahh, Bapak”.

Tanganku melepas kait branya, dan bebaslah kedua buah dada yang indah itu. Langsung kuciumi, kedua bukit kenyal itu bergantian. Kemudian kujilati pentil Enny yang berwarna coklat, terasa padat dan kenyal (Beda sekali dengan buah dada isteriku), lalu kugigit-gigit kecil pentilnya dan lidahku membuat gerakan memutar disekitar pentilnya yang langsung mengeras.

Kurebahkan Enny ditempat tidurnya, dan kulepaskan CDnya. Kembali aku tertegun melihat keindahan kemaluan Enny yang dimataku saat itu, sangat indah dan menggairahkan. Bulunya tidak terlalu banyak, tersusun rapi dan yang paling mencolok adalah kemontokan vagina Enny. Kedua belah bibir vaginanya sangat tebal, sehingga klitorisnya agak tertutup oleh daging bibir tersebut. Warnanya kemerahan.

“Pak, jangan diliatin aja dong, Enny kan malu” Kata Enny.

Aku sudah tidak mempunyai daya untuk bicara lagi, melainkan kutundukkan kepalaku dan bibirkupun menyentuh vagina Enny yang walaupun kakinya dibuka lebar, tapi tetap terlihat rapat, karena ketebalan bibir vaginanya itu. Enny menggelinjang, menikmati sentuhan bibirku di klitnya. Kutarik kepalaku sedikit kebelakang agar bisa melihat vagina yang sangat indah ini.

“Enny, memek kamu indah sekali, sayang”

“Pak Irwan suka sama memek Enny? tanya Enny.

“Iya sayang, memek kamu indah dan seksi, baunya juga enak” jawabku sambil kembali mencium dan menghirup aroma dari vagina Enny.

“Mulai sekarang, memek Enny cuma untuk Pak Irwan” Kata Enny.

“Pak Irwan mau kan?”

“Siapa sih yang nggak mau memek kayak gini En?” tanyaku sambil menjilatkan lidahku ke vaginanya kembali.


Enny terlihat sangat menikmati jilatanku di klitorisnya. Apalagi saat kugigit klitorisnya dengan lembut, lalu lidahku ku masukkan ke liang kenikmatannya, dan sesekali kusapukan lidahku ke lubang anusnya.

“Oooh, sshshh, aahh.. Pak Irwan, enak sekali Pak. Terusin ya Pak Irwan sayang”

10 menit, kulakukan kegiatan ini, sampai dia menekan kepalaku dengan kuat ke vaginanya, sehingga aku sulit bernafas”Pak Irwan.. aahh, Enny nggak kuat Pak.. sshh”Kurasakan kedua paha Enny menjepit kepalaku bersamaan dengan itu, kurasakan vagina Enny menjadi semakin basah. Enny sudah mencapai orgasme yang pertama. Enny masih menghentak-hentakkan vaginanya kemulutku, sementara air maninya meleleh keluar dari vaginanya. Kuhirup cairan kenikmatan Enny sampai kering. Dia terlihat puas sekali, matanya menatapku dengan penuh rasa terima kasih. Aku senang sekali melihat dia mencapai kepuasan.

Tak lama kemudian dia bangkit sambil meraih kemaluanku yang masih berdiri tegak seperti menantang dunia. Dia memasukkan kemaluanku kedalam mulutnya, dan mulai menjilati kepala kemaluanku. Ooouugh, nikmatnya, ternyata Enny sangat memainkan lidahnya, kurasakan sensasi yang sangat dahsyat saat giginya yang agak tonggos itu mengenai batang kemaluanku. Agak sakit tapi justru sangat nikmat. Enny terus mengulum kemaluanku, yang semakin lama semakin membengkak itu. Tangannya tidak tinggal diam, dikocoknya batang kemaluanku, sambil lidah dan mulutnya masih terus mengirimkan getaran-getaran yang menggairahkan di sekujur batang kemaluanku.

“Pak Irwan, Enny masukin sekarang ya Pak?” pinta Enny.

Aku mengangguk, dan dia langsung berdiri mengangkangiku tepat di atas kemaluanku. Digenggamnya batang kemaluanku, lalu diturunkannya pantatnya. Di bibir vaginanya, dia menggosok-gosokkan kepala kemaluanku, yang otomatis menyentuh klitorisnya juga. Kemudian dia arahkan kemaluanku ke tengah lobang vaginanya. Dia turunkan pantatnya, dan.. slleepp.. sepertiga kemaluanku sudah tertanam di vaginanya. Enny memejamkan matanya, dan menikmati penetrasi kemaluanku.

Aku merasakan jepitan yang sangat erat dalam kemaluan Enny. Aku harus berjuang keras untuk memasukkan seluruh kemaluanku ke dalam kehangatan dan kelembaban vagina Enny. Ketika kutekan agak keras, Enny sedikit meringis. Sambil membuka matanya, dia berkata, “Pelan dong Pak Irwan, sakit nih, tapi enak banget”. Dia menggoyangkan pinggulnya sedikit-sedikit, sampai akhirnya seluruh kemaluanku lenyap ditelan keindahan vaginanya.

Kami terdiam dulu, Enny menarik nafas lega setelah seluruh kemaluanku ‘ditelan’ vaginanya. Dia terlihat konsentrasi, dan tiba-tiba.. aku merasa kemaluanku seperti disedot oleh suatu tenaga yang tidak terlihat, tapi sangat terasa dan enaak sekali. Ruaar Biasaa! Kemaluan Enny menyedot kemaluanku!

Belum sempat aku berkomentar tentang betapa enaknya vaginanya, Ennypun mulai membuat gerakan memutar pinggulnya. Mula-mula perlahan, semakin lama semakin cepat dan lincah gerakan Enny. Waw.. kurasakan kepalaku hilang, saat dia ‘mengulek’ kemaluanku di dalam vaginanya. Enny merebahkan badannya sambil tetap memutar pinggulnya. Buah dadanya yangbesar menekan dadaku, dan.. astaga.. sedotan vaginanya semakin kuat, membuat aku hampir tidak bertahan.

Aku tidak mau orgasme dulu, aku ingin menikmati dulu vagina Enny yang ternyata ada ‘empot ayamnya’ ini lebih lama lagi. Maka, kudorong tubuh Enny ke atas, sambil kusuruh lepas dulu, dengan alasan aku mau ganti posisi. Padahal aku takut ‘kalah’ sama dia.

Lalu kusuruh Enny tidur terlentang, dan langsung kuarahkan kemaluanku ke vaginanya yang sudah siap menanti ‘kekasihnya’. Walaupun masih agak sempit, tapi karena sudah banyak pelumasnya, lebih mudah kali ini kemaluanku menerobos lembah kenikmatan Enny.

Kumainkan pantatku turun naik, sehingga tititku keluar masuk di lorong sempit Enny yang sangat indah itu.

Dan, sekali lagi akupun merasakan sedotan yang fantastis dari vagina Enny. Setelah 15 menit kami melakukan gerakan sinkron yang sangat nikmat ini, aku mulai merasakan kedutan-kedutan di kepala tititku.

“Enny, aku udah nggak kuat nih, mau keluar, sayang”, kataku pada Enny.

“Iya Pak, Enny juga udah mau keluar lagi nih. Oohh, sshh, aahh.. bareng ya Pak Irwan.., cepetin dong genjotannya Pak” pinta Enny.

Akupun mempercepat genjotanku pada lobang vagina Enny yang luar biasa itu, Enny mengimbanginya dengan ‘mengulek’ pantatnya dengan gerakan memutar yang sangat erotis, ditambah dengan sedotan alami didalam vaginanya. Akhirnya aku tidak dapat bertahan lebih lama lagi, sambil mengerang panjang, tubuhku mengejang.

“Enny, hh.. hh, aku keluar sayaang”

Muncratlah air maniku ke dalam vaginanya. Di saat bersamaan, Enny pun mengejang sambil memeluk erat tubuhku.

“Pak Irwaan, Enny juga keluar paakk, sshh, aahh”.

Aku terkulai di atas tubuh Enny. Enny masih memeluk tubuhku dengan erat, sesekali pantatnya mengejang, masih merasakan kenikmatan yang tidak ada taranya itu. Nafas kami memburu, keringat tak terhitung lagi banyaknya. Kami berciuman.

“Enny, terima kasih yaa, memek kamu enak sekali” Kataku.

“Pak Irwan suka memek Enny?”

“Suka banget En, abis ada empot ayamnya sih” jawabku sambil mencium bibirnya.

Kembali kami berpagutan.

“Dibandingin sama Bu Dewi, enakan mana Pak?” pancing Enny.

“Jauh lebih enak kamu sayang”

Enny tersenyum.

“Jadi, Pak Irwan mau lagi dong sama Enny lain kali. Enny sayang sama Pak Irwan”


Wednesday, October 17, 2018

9:00 PM

Perempuan Tajir SeTajir cara Pemuasnya!!!



Berita Indonesia, Jakarta - Tujuanku datang ke Jakarta sebenarnya untuk merubah nasib. Tapi siapa yang menyangka kalau ternyata kehidupan di kota besar, justru lebih keras dan pada di desa. Aku sempat terlunta-lunta, tanpa ada seorangpun yang mau peduli. Selembar ijazah SMP yang kubawa dari desa, ternyata tidak ada artinya sama sekali di kota ini. Jangankan hanya ijazah SMP, lulusan sarjana saja masih banyak yang menganggur.

Dari pada jadi gelandangan, aku bekerja apa saja asalkan bisa mendapat uang untuk menyambung hidup. Sedangkan untuk kembali ke kampung, rasanya malu sekali karena gagal menaklukan kota metropolitan yang selalu menjadi tumpuan orang2 kampung sepertiku. Seperti hari-hari biasanya, siang itu udara di Jakarta terasa begitu panas sekali. Seharian ini aku kembali mencoba untuk mencari pekerjaan. Tapi seperti yang selalu terjadi. Tidak ada satupun yang melirik apa lagi memperhatikan lamaran dan ijazahku. Keputusasaan mulai menghinggapi diriku. Entah sudah berapa kilometer aku berjalan kaki. Sementara pakaianku sudah basah oleh keringat.

Dan wajahku juga terasa tebal oleh debu. Aku berteduh di bawah pobon, sambil menghilangkan pegal-pegal di kaki. Setiap hari aku berjalan. Tidurpun di mana saja. Sementara bekal yang kubawa dari kampung semakin menipis saja. Tiga atau empat hari lagi, aku pasti sudah tidak sanggup lagi bertahan. Karena bekal yang kubawa juga tinggal untuk makan beberapa hari lagi. Itupun hanya sekali saja dalam sehari. Di bawah kerindangan pepohonan, aku memperhatikan mobil-mobil yang berlalu lalang.


Juga orang2 yang yang selalu sibuk dengan urusannya masing-masing. Tidak ada seorangpun yang peduli antara satu dengan lainnya. Tiba-tiba pandangan mataku tertuju kepada seorang wanita yang tampak kesal karena mobilnya mogok. Dia ingin meminta bantuan, Tapi orang-orang yang berlalu lalang dan melewatinya tidak ada yang peduli. Entah kenapa aku jadi merasa kasihan. Padahal aku sendiri perlu dikasihani. Aku bangkit berdiri dan melangkah menghampiri.

“Mobilnya mogok, Nyonya..?”, tegurku dengan sikap ramah.

“Eh, iya. Nggak tahu ya kenapa, tiba-tiba saja mogok”, sahutnya sambil memandangiku penuh Curiga.

“Boleh saya lihat ” ujarku meminta ijin.

“silakan kalau bisa.” Waktu di kampung aku sering bantu-bantu paman yang buka bengkel motor.

Terkadang ada juga mobil yang minta diperbaiki. Tapi namanya di kampung, jarang orang yang punya motor. Apa lagi mobil. Makanya usaha paman tidak pernah bisa maju. Hanya cukup untuk makan sehari-hari saja. Seperti seorang ahli mesin saja, aku coba melihat-lihat dan memeriksa segala kemungkinan yang membuat mesin mobil ini tidak mau hidup. Dan entah mendapat pertolongan dari mana, aku menemukan juga penyakitnya. Setelah aku perbaiki, mobil itu akhirnya bisa hidup kembali. Tentu saja wanita pemilik mobil ini jadi senang. Padahal semula dia sudah putus asa. Dia membuka tasnya dan mengeluarkan uang lembaran dua puluh ribu. Langsung disodorkan padaku. Tapi aku tersenyum dan menggelengkan kepala.

“Kenapa? Kurang..?”, tanyanya.

“Tidak, Nyonya. Terima kasih”, ucapku menolak halus.

“Kalau kurang, nanti saya tambah”, katanya lagi.

“Terima kasih Nyonya. Saya cuma menolong saja. Saya tidak mengharapkan imbalan”, kataku tetap menolak.

Padahal uang itu nilainya besar sekali bagiku. Tapi aku malah menolaknya. Wanita yang kuperkirakan berusia sekitar tiga puluh delapan tahun itu memandangiku dengan kening berkerut. Seakan dia tidak percaya kalau di kota yang super sibuk dengan orang-orangnya yang selalu mementingkan diri sendiri, tanpa peduli dengan lingkungan sekitarnya, ternyata masih ada juga orang yang dengan tanpa pamrih mau menolong dan membantu sesamanya.

“Maaf, kelihatannya kamu dan kampung..?” ujarnya bernada bertanya ingin memastikan.

“Iya, Nyonya. Baru seminggu saya datang dari kampung”, sahutku polos.

“Terus, tujuannya mau kemana?” tanyanya lagi.

“Cari kerja”, sahutku tetap polos.

“Punya ijazah apa?”. “Cuma SMP.” “Wah, sulit kalau cuma SMP. Sarjana saja banyak yang jadi pengangguran kok. Tapi kalau kamu benar-benar mau kerja, kamu bisa kerja dirumahku”, katanya langsung menawarkan.

“Kerja apa, Nyonya..?” tanyaku langsung semangat.

“Apa saja. Kebetulan aku perlu pembantu laki-laki. Tapi aku perlu yang bisa setir mobil. Kamu bisa setir mobil apa. Kalau memang bisa, kebetulan sekali”, sahutnya.

Sesaat aku jadi tertegun. Sungguh aku tidak menyangka sama sekali Ternyata ijasah yang kubawa dan kampung hanya bisa dipakai untuk jadi pembantu. Tapi aku memang membutuhkan pekerjaan saat ini. Daripada jadi gelandangan, tanpa berpikir panjang lagi, aku langsung menerima pekerjaan yang ditawarkan wanita itu saat itu juga, detik itu juga aku ikut bersama wanita ini ke rumahnya. Ternyata rumahnya besar dan megah sekali. Bagian dalamnyapun terisi segala macam perabotan yang serba mewah dan lux.

Aku sampai terkagum-kagum, seakan memasuki sebuah istana. Aku merasa seolah-olah sedang bermimpi. Aku diberi sebuah kamar, lengkap dengan tempat tidur, lemari pakaian dan meja serta satu kursi. Letaknya bersebelahan dengan dapur. Ada empat kamar yang berjajar. Dan semuanya sudah terisi oleh pembantu yang bekerja di rumah ini. Bahkan tiga orang pembantu wanita, menempati satu kamar. Aku hitung, semua yang bekerja di rumah ini ada tujuh orang. Kalau ditambah denganku, berarti ada delapan orang.

Tapi memang pantas. mengurus rumah sebesar ini, tidak mungkin bisa dikerjakan oleh satu orang. Apalagi setelah beberapa hari aku bekerja di rumah ini aku sudah bisa mengetahui kalau majikanku, Nyonya Wulandari selalu sibuk dan jarang berada di rumah. Juga suaminya yang lebih sering berada di luar kota atau ke luar negeri. Sedangkan kedua anaknya sekarang ini sekolah di luar negeri. Aku jadi heran sendiri. Entah bagaimana cara mereka mencari uang, hingga bisa kaya raya seperti ini. Tapi memang nasib, rejeki, maut dan jodoh berada di tangan Tuhan. Begitu juga yang terjadi denganku.


Dari jadi pembantu yang tugasnya membersihkan rumah dan merawat tanaman, aku diangkat jadi sopir pribadi Nyonya majikan. Bukan hanya jadi sopir, tapi juga sekaligus jadi pengawalnya. Kemana saja Nyonya Majikan pergi, aku selalu berada di sampingnya. Karena aku harus selalu mendampinginya, tentu saja Nyonya membelikan aku beberapa potong pakaian yang pantas. Terus terang, pada dasarnya memang aku tampan dan memiliki tubuhnya yang tegap, atletis dan berotot. Makanya Nyonya jadi kesengsem begitu melihat penampilanku, setelah tiga bulan lamanya bekerja jadi sopir dan pengawal pribadinya. Aku bisa berkata begitu karena bukan cuma jadi sopir dan pengawal saja.

Tapi juga jadi pendampingnya di ranjang dan menjadi penghangat tubuhnya. Mengisi kegersangan dan kesunyian hatinya yang selalu ditinggal suami. Dan aku juga menempati kamar lain yang jauh lebih besar dan lebih bagus. Tidak lagi menempati kamar yang khusus untuk pembantu. Semua bisa terjadi ketika malam itu aku baru saja mengantar Nyonya pergi berbelanja. Setelah memasukkan mobil ke dalam garasi, aku langsung dipanggil untuk menemuinya. Semula aku ragu dan hampir tidak percaya, karena langsung disuruh masuk ke dalam kamarnya. Tapi memang Nyonya memintaku untuk masuk ke dalam kamarnya.

Dia menyuruhku untuk menutup pintu, setelah aku berada di dalam kamar yang besar dan mewah itu. Aku tertegun, apa lagi saat melihat Nyonya Majikanku itu hanya mengenakan pakaian tidur yang sangat tipis sekali, sehingga setiap lekuk bentuk tubuhnya membayang begitu jelas sekali. Dan di balik pakaiannya yang tipis itu, dia tidak mengenakan apa-apa lagi. Beberapa kali aku menelan ludah sendiri memandang keindahan tubuhnya. Sekujur tubukku mendadak saja jadi menggeletar seperti terserang demam, ketika dia menghampiri dan langsung melingkarkan kedua tangannya ke leherku.

“Nyonya”. “Malam ini kau tidur di sini bersamaku.”

“Eh, oh..?!” Belum lagi aku bisa mengeluarkan kata-kata lebih banyak, Nyonya Wulandari sudah menyumpal mulutku dengan pagutan bibirnya yang indah dan hangat menggairahkan.

Tentu saja aku jadi gelagapan, kaget setengah mati. Dadaku berdebar menggemuruh tidak menentu. Bcrbagai macam perasaan herkecamuk di dalam dada. Ragu-ragu aku memegang pinggangnya Nyonya Wulandari membawaku ke pembaringannya yang besar dan empuk Dia melepaskan baju yang kukenakan, sebelum menanggalkan penutup tubuhnya sendiri. Dan membiarkannya tergeletak di lantai. Mataku seketika jadi nanar dan berkunang-kunang.

Meskipun usia Nyonya Wulandari sudah hampir berkepala empat, tapi memang dia merawat kecantikan dan tubuhnya dengan baik. Sehigga tubuhnya tetap ramping, padat dan berisi. Tidak kalah dengan tubuh gadis-gadis remaja belasan tahun. Bagaimanapun aku lelaki normal. Aku tahu apa yang diinginkan Nyonya Wulandari. Apa lagi aku tahu kalau sudah dua minggu ini suaminya berada di luar negeri. Sudah barang tentu Nyonya Wulandari merasa kesepian.

“Oh, ah..” Nyonya Wulandari mendesis dan menggeliat saat ujung lidahku yang basah kian hangat mulai bermain dan menggelitik bagian ujung atas dadanya yang membusung dan agak kemerahan.

Jari-jari tangankupun tidak bisa diam. Membelai dan meremas dadanya yang padat dan kenyal dengan penuh gairah yang membara Bahkan jari-jari tanganku mulai menelusuri setiap bagian tubuhnya yang membangkitkan gairah. Aku melihat Nyonya Wulandari dan sudah tidak kuasa lagi menekan gairahnya. Sesekali dia merintih dengan suara tertahan sambil mendesak-desakkan tubuhnya Mengajakku untuk segera mendaki hingga ke puncak kenikmatan yang tertinggi. Tapi aku belum ingin membawanya terbang ke surga dunia yang bergelimang kehangatan dan kenikmatan itu. Aku ingin merasakan dan menikmati dulu keindahan tubuhnya dan kehalusan kulitnya yang putih bagai kapas ini.

“Aduh, oh. Ahh.., Cepetan dong, aku sudah nggak tahan nih..”, desah Nyonya Wulandari dengan suara rintihannya yang tertahan.

Nyonya Wulandari menjepit pinggangku dengan sepasang pahanya yang putih dan mulus. Tapi aku sudah tidak bisa lagi merasakan kehalusan kulit pahanya itu. Karena sudah basah oleh keringat. Nyonya majikanku itu benar-benar sudah tidak mampu lebih lama lagi bertahan.
Dia memaksaku untuk cepat-cepat membawanya mendaki hingga ke puncak kenikmatan. Aku mengangkat tubuhku dengan bertumpu pada kedua tangan. Perlahan namun pasti aku mulai menekan pinggulku ke bawah. Saat itu kedua mata Nyonya Wulandari terpejam. Dan dan bibirnya yang selalu memerah dengan bentuk yang indah dan menawan, mengeluarkan suara desisan panjang, saat merasakan bagian kebanggaan tubuhku kini sudah sangat keras dan berdenyut hangat mulai menyentuh dan menekan, mendobrak benteng pertahanannya yang terakhir. Akhirnya batang penisku menembus masuk sampai ke tempat yang paling dalam divaginanya.

“Okh, aah..!” Nyonya Wulandari melipat kedua kakinya di belakang pinggangku.

Dan terus menekan pinggulku dengan kakinya hingga batang kebanggaanku melesak masuk dan terbenam ke dalam telaga hangat yang menjanjikan berjuta-juta kenikmnatan itu. Perlahan namun pasti aku mulai membuat gerakan-gerakan yang mengakibatkan Nyonya Wulandari mulai tersentak dalam pendakiannya menuju puncak kenikmatan yang tertinggi. Memang pada mulanya gerakan-gerakan tubuhku cukup lembut dan teratur Namun tidak sampai pada hitungan menit, gerakan-gerakan tubuhku mulai liar dan tidak terkendali lagi.

Beberapa kali Nyonya Wulandari memekik dan mengejang tubuhnya. Dia menggigiti dada serta bahuku. Bahkan jari-jari kukunya yang tajam dan runcing mulai mengkoyak kulit punggungku. Terasa perih, tapi juga sangat nikmat sekali. Bahkan Nyonya Wulandari menjilati tetesan darah yang ke luar dari luka di bahu dan dadaku, akibat gigitan giginya yang cukup kuat. Dan dia jadi semakin liar, hingga pada akhirnya wanita itu memekik cukup keras dan tertahan dengan sekujur tubuh mengejang saat mencapai pada titik puncak kenikrnatan yang tertinggi. Dan pada saat yang hampir bersamaan, sekujur tubuhku juga menegang Dan bibirku keluar suara rintihan kecil.

Hanya beberapa detik kemudian aku sudah menggelimpang ke samping, sambil menghembuskan napas panjang. Nyonya Wulandari langsung memeluk dan merebahkan kepalanya di dadaku yang basah berkeringat. Aku memeluk punggungnya yang terbuka, dan merasakan kehalusan kulit punggungnya yang basah berkeringat. Nyonya Wulandari menarik selimut, menutupi tubuh kami berdua. Aku sempat memberinya sebuali kecupan kecil dibibirnya, sebelum memejamkan mata. Membayangkan semua yang baru saja terjadi hingga terbawa ke dalam mimpi yang indah. Sejak malam itu aku kerap kali dipanggil ke dalam kamarnya.

Dan kalau sudah begitu, menjelang pagi aku baru keluar dari sana dengan tubuh letih. Semula aku memang merasa beruntung bisa menikmnati keindahan dan kehangatan tubuh Nyonya Majikanku. Tapi lama-kelamaan, aku mulai dihinggapi perasaan takut. Betapa tidak, ternyata Nyonya Wulandari tidak pernah puas kalau hanya satu atau dua kali bertempur dalam semalam. Aku baru menyadari kalau ternyata Nyonya Majikanku itu seorang maniak, yang tidak pernah puas dalam bercinta di atas ranjang. Bukan hanya malam saja. Pagi, siang sore dan kapan saja kalau dia menginginkan, aku tidak boleh menolak.

Tidak hanya di rumah, tapi juga di hotel atau tempat-tempat lain yang memungkinkan untuk bercinta dan mencapai kenikmatan di atas ranjang. Aku sudah mulai kewalahan menghadapinya. Tapi Nyonya Wulandari selalu memberiku obat perangsang, kalau aku sudah mulai tidak mampu lagi melayani keinginannya yang selalu berkobar-kobar itu. Aku tetap jadi supir dan pengawal pribadinya. Tapi juga jadi kekasihnya di atas ranjang. Mungkin karena aku sudah mulai loyo, Nyonya Wulandari membawaku ke sebuah club kesegaran. Orang-orang bilang fitness centre. Di sana aku dilatih dengan berbagai macam alat agar tubuhku tetap segar, kekar dan berotot.

Dua kali dalam seminggu, aku selalu datang ke club itu. Memang tidak kecil biayanya. Tapi aku tidak pernah memikirkan biayanya. Karena ditanggung oleh Nyonya Wulandari. Dan di rumah, menu makanankupun tidak sama dengan pembantu yang lainnya. Nyonya Wulandari sudah memberikan perintah pada juru masaknya agar memberikan menu makanan untukku yang bergizi. Bahkan dia memberikan daftar makanan khusus untukku. Terus terang, aku merasa tidak enak karena diperlakukan istimewa.

Tapi tampaknya semua pembantu di rumah ini sudah tidak asing lagi. Bahkan dari Bi Minah, yang tugasnya memasak itu aku baru tahu kalau bukan hanya aku yang sudah menjadi korban kebuasan nafsu seks Nyonya Wulandari. Tapi sudah beberapa orang pemuda seusiaku yang jadi korban. Dan mereka rata-rata melarikan diri, karena tidak tahan dengan perlakuan Nyonya Wulandari. Aku memang sudah tidak bisa lagi menikmati indahnya permainan di atas ranjang itu. Apa lagi Nyonya Wulandari sudah mulai menggunakan cara-cara yang mengerikan, Untuk memuaskan keinginan dan hasrat biologisnya yang luar biasa dan bisa dikatakan liar.

Aku pernah diikat, dicambuk dan di dera hingga kulit tubuhku terkoyak. Tapi Nyonya Wulandari malah mendapat kepuasan. Wanita ini benar-benar seorang maniak. Dan aku semakin tidak tahan dengan perlakuannya yang semakin liar dan brutal. Meskipun kondisi tubuhku dijaga, dan menu makanankupun terjamin gizinya, tapi batinku semakin tersiksa. Beberapa orang pembantu sudah menyarankan agar aku pergi saja dan rumah ini. Rumah yang besar dan megah penuh kemewahan ini ternyata hanya sebuah neraka bagiku.

Aku memang ingin lari, tapi belum punya kesempatan. Tapi rupanya Tuhan mengabulkan keinginanku itu. Kebetulan sekali malam itu suami Nyonya Wulandari datang. Aku sendiri yang menjemputnya di bandara. Dan tentu tidak sendiri saja, tapi bersama Nyonya Wulandari. Di dalam perjalanan aku tahu kalau suami Nyonya Majikanku itu hanya semalam saja. Besok pagi dia sudah harus kembali ke Tokyo.

Dari kaca spion aku melihat tidak ada gurat kekecewaan di wajah Nyonya Wulandari. Padahal sudah hampir sebulan suaminya pergi Dan kini pulang juga hanya semalam saja. Nyonya Wulandari malah tersenyum dan mencium pipi suaminya yang kendur dan berkeriput. Setelah memasukkan mobil ke dalam garasi, aku bergegas ke kamar. Kesempatan bagiku untuk kabur dan rumah neraka ini. Karena Nyonya Wulandari sedang sibuk dengan suaminya. Aku langsung mengemasi pakaian dan apa saja milikku yang bisa termuat ke dalam tas ransel. Saat melihat buku tabungan, aku tersenyum sendiri. Sejak bekerja di rumahi ini dan menjadi sapi perahan untuk pemuas nafsu Nyonya Majikan, tabunganku di bank sudah banyak juga. Karena Nyonya Wulandan memang tidak segan-segan memberiku uang dalam jumlah yang tidak sedikit.

Dan tidak sepeserpun uang yang diberikannya itu aku gunakan. Semuanya aku simpan di bank. Aku masukan buku tabungan itu ke dalam tas ransel, diantara tumpukan pakaian. Tidak ada yang tahu kalau aku punya cukup banyak simpanan di bank. Bahkan Nyonya Wulandari sendiri tidak tahu. Karena rencananya memang mau kabur, aku tidak perlu lagi berpamitan. Bahkan aku ke luar lewat jendela. Malam itu aku berhasil melarikan diri dari rumah Nyonya Wulandari. Terbebas dari siksaan batin, akibat terus menerus dipaksa dan didera untuk memuaskan nafsu birahinya yang liar dan brutal. Tapi ketika aku lewat di depan garasi, ayunan langkah kakiku terhenti. Kulihat Bi Minah ada di sana, seperti sengaja menunggu. Dadaku jadi berdebar kencang dan menggemuruh. Aku melangkah menghampiri. Dan Wanita bertubuh gemuk itu mengembangkan senyumnya.

“Jangan datang lagi ke sini. Cepat pergi, nanti Nyonya keburu tahu..”, kata Bi Minah sambil menepuk pundakku.

“Terima kasih, Bi”, ucapku. Bi Minah kembali tersenyum.

Tanpa membuang-buang waktu lagi, aku bergegas meniggalkan rumah itu. Aku langsung mencegat taksi yang kebetulan lewat, dan meminta untuk membawaku ke sebuah hotel. Untuk pertama kali, malam itu aku bisa tidur nyenyak di dalam kamar sebuah hotel. Dan keesokan harinya, setelah mengambil semua uangku yang ada di bank, aku langsung ke stasiun kereta.

Aku memang sudah bertekad untuk kembali ke desa, dan tidak ingin datang lagi ke Jakarta. Dari hasil tabunganku selama bekerja dan menjadi pemuas nafsu Nyonya Wulandari, aku bisa membuka usaha di desa. Bakkan kini aku sudah punya istri yang cantik dan seorang anak yang lucu. Aku selalu berharap, apa yang terjadi pada diriku jangan sampai terjadi pada orang lain. Kemewahan memang tidak selamanya bisa dinikmati. Justru kemewahan bisa menghancurkan diri jika tidak mampu mengendalikannya.